Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ofloxacin
Penggunaan ofloxacin pada ibu hamil boleh diadministrasikan bila manfaat lebih besar daripada kerugian. Pada ibu menyusui, ofloxacin ditemukan dalam kadar rendah di ASI. Keputusan untuk melanjutkan pengobatan atau menghentikan menyusui perlu mempertimbangkan rasio manfaat terhadap ibu dan risiko pada janin.[5,7,8]
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan ofloxacin dalam Kategori C. Studi terhadap binatang percobaan menunjukkan adanya efek samping pada janin, namun belum terdapat hasil penelitian yang spesifik pada ibu hamil. Obat hanya boleh diadministrasikan bila manfaat lebih besar daripada kerugian.[8,10]
Sementara itu, TGA memasukkan ofloxacin dalam Kategori B3. Jumlah pasien hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas. Observasi pada pasien-pasien tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau risiko lain terhadap janin.[7]
Pada studi hewan percobaan tikus dan kelinci, ofloxacin tidak terbukti memiliki efek teratogenik pada dosis oral 11 kali dosis maksimal manusia.[8]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Ofloxacin dilaporkan ditemukan di ASI dalam kadar rendah. Meski demikian, fluorokuinolon secara umum tidak digunakan pada bayi karena kekhawatiran tentang efek buruk terhadap perkembangan sendi bayi. Selain itu, perlu diwaspadai adanya gangguan pada flora normal sistem gastrointestinal bayi, misalnya diare atau kandidiasis berupa sariawan dan ruam popok. Apabila ofloxacin harus digunakan, maka dapat dilakukan penghindaran menyusui selama 4-6 jam setelah dosis untuk mengurangi paparan bayi dari ASI.
Penggunaan tetes telinga atau tetes mata yang mengandung ofloxacin oleh ibu menimbulkan risiko yang dapat diabaikan untuk bayi menyusui. Usaha yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah obat yang mencapai ASI setelah menggunakan obat tetes mata adalah dengan menekan saluran air mata selama 1 menit atau lebih. Kemudian, keluarkan kelebihan larutan dengan tisu penyerap.[5]