Efek Samping dan Interaksi Obat Penicillin Benzathine
Efek samping penicillin benzathine jarang terjadi. Namun, efek samping yang paling sering ditemukan adalah gejala lokasi suntikan, seperti nyeri, kemerahan, atau bengkak. Penicillin benzathine memiliki risiko interaksi obat dengan vaksin hidup, antikoagulan, dan beberapa jenis antibiotik.
Efek Samping
Efek samping penicillin benzathine yang sering dilaporkan adalah nyeri, kemerahan, atau bengkak pada lokasi penyuntikkan. Injeksi penicillin juga berisiko menimbulkan reaksi hipersensitivitas.
Reaksi hipersensitivitas yang muncul dapat berupa urtikaria, gatal, kemerahan pada kulit, edema laring, sesak napas, diare, hingga anafilaksis. Risiko kejadian hipersensitivitas ini meningkat pada pasien dengan riwayat asma, alergi, urtikaria, atau riwayat anafilaksis sebelumnya. Pasien yang memiliki riwayat alergi terhadap antibiotik golongan sefalosporin juga berisiko untuk mengalami alergi terhadap penicillin, karena adanya reaksi silang.[18]
Tabel 2. Efek Samping Penicillin Benzathine
Sistem Organ | Efek Samping |
Gastrointestinal | Kolitis pseudomembranosa, diare yang berhubungan dengan Clostridium difficile, mual, muntah, nekrosis intestinal, darah pada feses |
Genitourinaria | Hematuria, proteinuria, impotensi, priapismus, neurogenic bladder |
Ginjal | Peningkatan kadar urea, peningkatan kreatinin, gangguan ginjal, nefropati, nefritis intersisial akut |
Hematologi | Anemia hemolitik, leukopenia, trombositopenia, limfadenopati |
Hepar | Abnormalitas tes fungsi hati, ikterus, kolestasis |
Imunologi | Reaksi Jarisch-Herxheimer |
Kardiovaskular | Henti jantung, hipotensi, takikardi, palpitasi, hipertensi pulmonal, emboli pulmonal. Vasodilatasi, reaksi vasovagal, dan sianosis |
Kulit | Diaforesis, ruam, kulit mengelupas, ulserasi mukosa, urtikaria, epidermolysis, sindrom Steven-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, erupsi obat |
Mata | Pandangan buram, kebutaan |
Muskuloskeletal | Gangguan pada sendi, periostitis, mioglobinuria, rabdomiolisis, eksaserbasi artritis, atrofi atau fibrosis dari otot quadriceps femoris |
Psikiatri | Cemas, ansietas, euphoria, psikosis, halusinasi auditori dan visual |
Respirasi | Hipoksia, dispnea, apneu |
Sistem saraf pusat | Mioklonus, kejang, dan halusinasi auditori serta visual pernah dilaporkan pada pasien dengan gangguan ginjal yang menggunakan penicillin dosis tinggi. Efek samping yang lain adalah psikosis, pusing, tinnitus, dan gangguan sensasi pengecap |
Lain-lain | Kelelahan, asthenia, nyeri |
Sumber: Shofa, 2019.[18]
Interaksi Obat
Penicillin benzathine memiliki risiko interaksi dengan beberapa obat. Pasien yang sedang mendapatkan terapi penicillin tidak direkomendasikan untuk mengkonsumsi methotrexate. Penicillin akan menghambat sekresi methotrexate di tubulus renal secara kompetitif, sehingga kadar methotrexate di darah akan meningkat, sehingga meningkatkan risiko efek samping.[19]
Penggunaan penicillin bersamaan dengan vaksin hidup juga tidak direkomendasikan. Pemberian antibiotik sistemik, termasuk penicillin, bersamaan dengan vaksin hidup akan menurunkan atau bahkan menghilangkan respon imunologi tubuh terhadap vaksin. Vaksin hidup dapat diberikan minimal 14 hari setelah pemberian antibiotik.[20]
Pasien yang akan menjalani pemeriksaan dengan radioisotope juga disarankan tidak diberikan penicillin selama satu minggu sebelum pemeriksaan.[1]
Interaksi obat penicillin benzathine lainnya adalah:
- Meningkatkan risiko pendarahan karena penicillin dapat menghambat agregasi platelet: anisindion, dicumarol, warfarin
- Menurunkan efek bakterisidal penicillin karena obat menghambat sintesis protein dan mengubah bakteri menjadi bakteriostatik: chloramphenicol, tetrasiklin, doxycycline, minocycline, oxytetracycline
- Meningkatkan konsentrasi penicillin atau obat lainnya karena keduanya disekresi di tubulus renal secara kompetitif: acyclovir, allopurinol, cimetidine, famcyclovir, famotidine, gancyclovir, levetiracetam, metformin, midodrine, oseltamivir, probenesid, procainamide, quinidine, ranitidin, tenofovir, trimethoprim, valacyclovir, valgancyclovir, zidovudin, antibiotik beta laktam lain, dan antibiotik quinolone
- Mengganggu efek kontrasepsi oral: kontrasepsi oral[1,19,20]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini