Efek Samping dan Interaksi Obat Tetrasiklin
Efek samping tetrasiklin atau tetracycline terutama sering terjadi pada saluran gastrointestinal, misalnya nyeri epigastrium, nausea, vomitus, dan anoreksia. Efek samping lain dapat berupa perubahan warna pada gigi, serta gangguan pertumbuhan pada anak-anak. Interaksi obat antara tetrasiklin dengan antibiotik, seperti penicillin, dapat mengganggu efek bakterisidal penicillin.
Efek Samping
Efek samping penggunaan tetrasiklin yang paling umum terjadi adalah gejala gastrointestinal. Tetrasiklin juga dapat menyebabkan terjadinya fotosensitivitas, hipertensi intrakranial, dan peningkatan blood urea nitrogen (BUN).[2,7]
Efek Samping Gastrointestinal
Gejala gastrointestinal yang dapat terjadi akibat tetrasiklin, antara lain anoreksia, nausea, vomitus, nyeri epigastrium, diare, glositis, disfagia, dan enterokolitis. Selain itu, esofagitis dan ulkus esofagus juga pernah dilaporkan terjadi akibat konsumsi tetrasiklin tablet.[7,10]
Efek Samping Gigi
Perubahan warna pada gigi dapat terjadi akibat penggunaan tetrasiklin, terutama pada anak-anak. Hipoplasia enamel juga pernah dilaporkan.[3,10]
Efek Samping Kulit
Penggunaan tetrasiklin dapat mengakibatkan ruam makulopapular dan eritema. Selain itu, dermatitis eksfoliativa, onycholysis, dan perubahan warna pada kuku juga pernah dilaporkan terjadi.[2]
Efek Samping Ginjal dan Hepar
Tetrasiklin diketahui berpotensi menyebabkan peningkatan kadar BUN, dan bersifat dose-related. Pada hepar, tetrasiklin dapat berefek hepatotoksik, serta dapat menyebabkan gagal hati, terutama pada pasien yang memiliki riwayat gagal ginjal.[2,11]
Efek Samping Hematologi
Pada darah, efek samping tetrasiklin antara lain anemia hemolitik dan anemia aplastik. Selain itu, dapat juga ditemukan trombositopenia, agranulositosis, neutropenia, dan eosinofilia.[3]
Reaksi Hipersensitivitas
Hipersensitivitas terhadap tetrasiklin dapat berupa urtikaria, edema angioneurotik, anafilaksis, purpura, dan perikarditis. Terkadang, dapat terjadi perburukan gejala systemic lupus erythematosus (SLE).[2]
Interaksi Obat
Interaksi obat antara tetrasiklin dengan beberapa obat, misalnya antasida atau preparat besi dapat menurunkan absorpsi tetrasiklin. Tetrasiklin dapat memberikan efek antagonis, jika diberikan bersama dengan penisilin.
Interaksi yang Menyebabkan Penurunan Kadar Obat
Pemberian bersamaan antara tetrasiklin dengan antasida yang mengandung aluminium, kalsium, atau magnesium dapat menyebabkan penurunan absorpsi tetrasiklin. Hal yang sama juga terjadi ketika tetrasiklin diberikan bersamaan dengan preparat besi. Sebaiknya, berikan jarak 1–2 jam antara konsumsi antasida dan tetrasiklin, dan 2–3 jam antara konsumsi tetrasiklin dan preparat besi.
Tetrasiklin dapat menyebabkan penurunan efektivitas kontrasepsi oral. Oleh karena itu, pasien sebaiknya menggunakan kontrasepsi lain yang nonhormonal. Tetrasiklin merupakan antibiotik bakteriostatik, dan dapat mengganggu efek bakterisidal antibiotik lain, misalnya penicillin. Tetrasiklin juga dapat menurunkan efektivitas vaksin Bacillus Calmette-Guerin (BCG) dan vaksin tifoid.[2,19]
Interaksi yang Menyebabkan Peningkatan Kadar Obat
Interaksi obat antara tetrasiklin dengan antikoagulan, misalnya warfarin, dapat menyebabkan efek antikoagulan meningkat. Tetrasiklin berpotensi mengganggu aktivitas protrombin atau menekan produksi vitamin K oleh bakteri usus. Jika kedua obat ini diberikan bersamaan, lakukan pemantauan prothrombin time (PT), dan sesuaikan dosis antikoagulan.
Penggunaan tetrasiklin bersamaan dengan methoxyflurane sebaiknya dihindari, karena dapat menyebabkan nefrotoksisitas yang bisa berakibat fatal. Tetrasiklin juga berpotensi meningkatkan efek hipoglikemik dari insulin atau golongan sulfonilurea, misalnya glimepiride atau glibenclamide, pada pasien diabetes mellitus.[2,19]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra