Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Fluconazole
Penggunaan fluconazole pada kehamilan harus dihindari kecuali pada kasus infeksi jamur berat yang mengancam jiwa. Fluconazole dapat digunakan jika manfaat yang didapat melebihi potensi risiko pada janin. Penggunaan pada ibu menyusui perlu dilakukan dengan berhati-hati.[5,8]
Penggunaan pada Kehamilan
Penggunaan fluconazole pada kehamilan sebaiknya dihindari, dan hanya dipertimbangkan penggunaannya apabila pasien mengalami infeksi jamur yang membahayakan nyawa. Penggunaan fluconazole perlu mempertimbangkan manfaat dan risiko yang mungkin terjadi pada janin.[1,12]
Berdasarkan Food and Drugs Administration (FDA), penggunaan fluconazole dalam kehamilan termasuk kategori C untuk kasus kandidiasis vaginalis 150 mg dosis tunggal, dan kategori D untuk diagnosis lain. Penggunaan secara parenteral juga termasuk ke dalam kategori D.[1,7]
Studi kasus kontrol oleh Berard, et al pada tahun 2019 menemukan penggunaan fluconazole, baik dengan dosis <150 mg maupun >150 mg pada kehamilan trimester pertama berhubungan dengan peningkatan risiko terjadinya abortus spontan dan kelainan jantung kongenital.[16]
Jika fluconazole digunakan pada kehamilan, atau pasien hamil selama masa terapi dengan fluconazole, maka dokter perlu menjelaskan potensi risiko yang dapat dialami janin. Sebaiknya, pasien dalam usia reproduktif menggunakan kontrasepsi saat menerima fluconazole dengan dosis 400–800 mg/hari. Penggunaan kontrasepsi harus dilanjutkan hingga 1 minggu sejak dosis terakhir.[12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penggunaan pada ibu menyusui harus dilakukan dengan sangat berhati-hati. Sebab, fluconazole dapat disekresikan pada air susu ibu (ASI) dalam konsentrasi yang hampir sama dengan plasma.[1,11]
Sebuah studi dilakukan pada 96 ibu menyusui yang diberikan fluconazole sebesar 150 mg setiap 2 hari sekali untuk kandidiasis payudara yang diakibatkan menyusui. Tidak dilaporkan adanya efek samping membahayakan pada bayi yang menyusu. Sebanyak 7 ibu melaporkan efek samping pada bayi mereka, berupa ruam merah pada pipi, masalah gastrointestinal, dan tinja yang cair.[17]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra