Pengawasan Klinis Fluconazole
Fluconazole dapat menyebabkan hepatotoksisitas, sehingga pada pasien dengan gangguan fungsi hepar, tanda dan gejala yang mengindikasikan perburukan fungsi hepar perlu diawasi. Apabila dicurigai terjadi hepatotoksisitas, pemeriksaan laboratorium, seperti SGOT, SGPT, dan bilirubin perlu dilakukan.
Eliminasi fluconazole terutama melalui ginjal. Oleh sebab itu, pemantauan fungsi ginjal juga diperlukan. Pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal, penyesuaian dosis dilakukan sesuai klirens kreatinin. Selain itu, pengawasan juga diperlukan pada pasien yang mengalami ruam kulit setelah pemberian fluconazole, untuk deteksi dini kemungkinan terjadinya sindrom Stevens-Johnson.
Pada pasien yang berisiko mengalami aritmia, dapat dilakukan pemeriksaan elektrokardiografi (EKG), karena fluconazole dapat menyebabkan efek samping berupa pemanjangan interval QT.[1,4,13]
Overdosis
Overdosis fluconazole dapat terjadi, dengan manifestasi klinis berupa halusinasi dan perilaku paranoid. Gejala lain yang dapat terjadi melibatkan sistem saraf perifer, di antaranya parestesia, dysesthesia, dan mati rasa. Jika terjadi overdosis, berikan tata laksana suportif dan simtomatik. Pemberian karbon aktif dan bilas lambung dapat dipertimbangkan.
Tindakan hemodialisis juga dapat dilakukan, sebab fluconazole diekskresikan pada urin. Hemodialisis selama 3 jam dapat menurunkan konsentrasi fluconazole di plasma sebanyak 50%.[1,4,18]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra