Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Ethambutol
Ethambutol termasuk dalam kategori C bila digunakan pada wanita hamil dan ibu menyusui. Belum terdapat studi yang adekuat dan terkontrol pada wanita hamil. Terdapat laporan akan abnormalitas mata pada bayi yang lahir dari wanita yang sedang menjalani terapi tuberkulosis mencakup ethambutol. Ethambutol digunakan selama kehamilan hanya bila manfaat melebihi risiko potensial terhadap fetus.
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori C (FDA): Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[3]
Kategori A (TGA): Studi terkontrol pada wanita hamil tidak menunjukkan adanya risiko terhadap janin, dan kecil kemungkinannya untuk membahayakan janin.[3]
Studi hewan menunjukkan bukti efek teratogenitas bila diberikan dalam dosis tinggi saat kehamilan. Efek ini meliputi sumbing palatum dengan/tanpa sumbing bibir, anensefali, monoftalmia, pemendekan lengan bawah dengan kontraktur pergelangan tangan bilateral, abnormalitas kolum vertebra, dan abnormalitas minor pada vertebra servikal. Studi juga menunjukkan sedikit peningkatan mortalitas fetus, penurunan kesuburan, dan penurunan jumlah keturunan meskipun tidak signifikan. Belum ditemukan data terkontrol pada kehamilan manusia.[3]
Efek Teratogenitas Ethambutol
Ethambutol menunjukkan efek teratogenitas pada tikus dan kelinci percobaan bila diberikan dalam dosis tinggi. Pada fetus hewan uji didapatkan beberapa kelainan kongenital seperti sumbing bibir dan palatum, anensefali, serta abnormalitas kolum vertebrae.[3]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Ethambutol diekskresi ke dalam ASI pasien wanita yang menyusui.[3] Dari beberapa studi tidak terkontrol, ditemukan bayi ASI akan mendapatkan 0,51 – 0,86 mg/kgBB/hari ethambutol atau sekitar 5% dari dosis terapeutik bayi. [9]
Bayi yang menyusui pada ibu yang mengkonsumsi ethambutol dapat meningkatkan enzim hati sampai jaundice yang signifikan. Bila memungkinkan, WHO merekomendasikan agar obat dihentikan/diganti. Bila tidak memungkinkan, pertimbangkan pemberian susu formula.[3,9] Namun penggunaan ethambutol pada wanita menyusui hanya dipertimbangkan bila manfaat melebihi risiko potensial bagi bayi.[3]