Efek Samping dan Interaksi Obat Lopinavir
Efek samping pemberian lopinavir yang tersering adalah diare, mual, muntah, hipertrigliseridemia, dan hiperkolesterolemia. Lopinavir/ritonavir memiliki interaksi dengan obat-obatan yang berhubungan dengan metabolisme oleh CYP3A.[1-4]
Efek Samping
Terdapat berbagai efek samping penggunaan lopinavir, yaitu gangguan sistem gastrointestinal, kelainan kadar lipid dalam darah, pankreatitis, hepatotoksisitas, dan kelainan gambaran EKG.[3,4]
Sistem Gastrointestinal
Diare merupakan efek samping gastrointestinal yang paling sering muncul pada pasien yang mengonsumsi lopinavir/ritonavir. Selain diare, mual dan muntah juga merupakan efek samping yang sering terlihat. Tidak ada rekomendasi tertentu mengenai penghentian terapi pada pasien yang mengalami efek samping gastrointestinal.[3,4]
Keputusan untuk menghentikan terapi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi klinis tiap pasien. Lopinavir/ritonavir ditoleransi dengan baik oleh pasien anak tetapi efek samping gastrointestinal seperti konstipasi dan muntah dapat tetap timbul.[2-4]
Efek pada Kadar Lipid
Kondisi dislipidemia seperti hipertrigliseridemia dan hiperkolesterolemia merupakan salah satu efek samping yang sering ditemukan akibat penggunaan lopinavir. Seperti halnya obat-obatan inhibitor protease lainnya, kombinasi lopinavir/ritonavir dengan obat-obatan NNRTI memiliki hubungan dengan risiko gangguan kardiovaskular.[2,3]
Di samping itu, pemilihan obat untuk menurunkan kadar lipid harus dilakukan secara hati-hati, dengan cara menghindari obat-obatan yang berhubungan dengan metabolisme CYP3A dan menjadi kontraindikasi pemberian lopinavir, seperti simvastatin.[2,3]
Pankreatitis
Pankreatitis terkait penggunaan lopinavir/ritonavir dapat mengakibatkan kematian. Pasien yang mengalami peningkatan kadar trigliserida secara signifikan setelah pemberian lopinavir/ritonavir memiliki risiko yang lebih tinggi mengalami pankreatitis, tetapi tidak semua pasien dengan pankreatitis mengalami peningkatan trigliserida.[2,3]
Gejala klinis seperti mual, muntah, nyeri perut, atau abnormalitas hasil pemeriksaan laboratorium, seperti peningkatan serum lipase atau amilase harus dievaluasi untuk menyingkirkan kemungkinan pankreatitis. Pemberian lopinavir/ritonavir dan obat-obatan antiretroviral lainnya harus dihentikan selama evaluasi.[3,4]
Hepatotoksisitas
Gejala seperti kelelahan, kurang nafsu makan, mual dan muntah, serta tanda-tanda seperti ikterus dapat menimbulkan kecurigaan adanya hepatotoksisitas akibat penggunaan lopinavir. Pasien dengan hepatitis B atau hepatitis C, atau dengan peningkatan transaminase serum dapat mengalami dekompensasi akibat penggunaan lopinavir/ritonavir.[2,3]
Pemanjangan QT Interval dan PR Interval
Penggunaan lopinavir/ritonavir harus dihindari pada pasien dengan risiko/kondisi pemanjangan QT Interval atau hipokalemia. Pasien yang menggunakan obat yang memperpanjang interval QT juga jangan diberikan obat ini.
Penggunaan lopinavir/ritonavir pada pasien dengan gangguan anatomi jantung, penyakit sistem konduksi jantung, penyakit jantung iskemik, seperti infark miokard dan sindrom koroner akut, dan kardiomiopati, harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari morbiditas dan mortalitas terkait pemanjangan PR interval dan gangguan konduksi jantung.[3,4]
Interaksi Obat
Lopinavir/ritonavir dapat berinteraksi dengan obat-obatan dimetabolisme dengan CYP3A. Penggunaan bersamaan obat-obatan yang menginduksi CYP3A dapat menurunkan konsentrasi plasma lopinavir.
Ritonavir dapat meningkatkan konsentrasi plasma obat-obatan yang dimetabolisme oleh CYP3A. Selain itu, penggunaan lopinavir/ritonavir bersamaan efavirenz, nevirapine, atau nelfinavir, harus dilakukan secara hati-hati. Dosis lopinavir/ritonavir harus ditingkatkan jika diberikan bersamaan dengan ketiga obat tersebut.[1,3]
Tabel 2. Interaksi Obat Lopinavir
Efek Interaksi | Obat-Obatan |
Lopinavir meningkatkan efek obat lain | ● Antiretroviral (indinavir, nelfinavir, saquinavir, maraviroc, tenofovir), ● Antiaritmia (amiodarone, bepridil, lidocaine sistemik, quinidine) ● Antikanker (vincristine, vinblastine, dasatinib, nilotinib) ● Antikoagulan (rivaroxaban) ● Antidepresan (trazodone) ● Antibiotik (clarithromycin) ● Antifungal (ketokonazol, itrakonazol, isavuconazonium) ● Antigout (kolkisin) ● Antimikobakterial (bedaquiline, rifabutin) ● Antipsikotik (quetiapine, midazolam) ● Kortikosteroid (budesonide, dexamethasone, prednison, flutikason) ● Antagonis kalsium (felodipin, nifedipine, nikardipin) ● Antagonis reseptor endotelin (bosentan) ● Antiviral hepatitis C (simeprevir, ombitsavir, parataprevir) ● HMG-CoA reductase inhibitor (atorvastatin, rosuvastatin) ● Imunosupresan (siklosporin, tacrolimus, sirolimus) ● Agonis beta-adrenoseptor (salmeterol) ● Analgesik (fentanil) ● Inhibitor PDE5 (avanafil, sildenafil, tadalafil, vardenafil) |
Lopinavir menurunkan efek obat lain | ■ Antiretroviral (abacavir, zidovudin) ■ Antikonvulsan (phenytoin, lamotrigine, asam valproat) ■ Antidepresan (bupropion) ■ Antifungal (vorikonazol) ■ Antiparasit: atovaquone ■ Antiviral hepatitis C (boceprevir) ■ Analgesik (metadon) ■ Kontrasepsi (etinil estradiol) |
Obat lain meningkatkan efek lopinavir | Ritonavir, Delavirdine |
Obat lain menurunkan efek lopinavir | ● Antiretroviral: fosamprenavir/ritonavir, nelfinavir, tipranavir, efavirenz, nevirapine ● Antikonvulsan: carbamazepine, fenobarbital, phenytoin ● Kortikosteroid: budesonide, dexamethasone, prednison ● Antiviral hepatitis C: boceprevir |
Sumber: Hudiyati, 2022.[3,4]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini