Farmakologi Lopinavir
Farmakologi lopinavir sebagai suatu obat antiretroviral terkait dengan efek kerjanya yang menginhibisi enzim protease spesifik HIV-1, sehingga mengakibatkan produksi virion retrovirus yang bersifat imatur dan noninfeksius.[6,7]
Farmakodinamik
Lopinavir memiliki ikatan hidroksietilen dalam molekulnya, yang menjadikan obat ini suatu substrat yang tidak dapat dihidrolisis oleh protease HIV-1. Protease sendiri merupakan enzim yang digunakan pada proses pembentukan protein inti pada virus, yang merupakan proses penting dalam produksi partikel virus yang infeksius.[6,7]
Dengan mencegah proses pembelahan protein gag dan gag-pol oleh enzim protease, lopinavir mencegah maturasi virion, sehingga mengakibatkan virion yang diproduksi bersifat imatur dan noninfeksius. Dengan kata lain, efek antiviral lopinavir adalah mencegah infeksi sel-sel baru, tanpa menyembuhkan sel-sel yang sudah terinfeksi DNA provirus.[6,7]
EC50 (rerata konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai 50% efektivitas) dari lopinavir berkisar antara 4-11 nmol/L pada kondisi tanpa serum. Lopinavir 0,5 nmol/L menginhibisi 93% aktivitas protease wild-type pada penelitian in vitro.[2]
Farmakokinetik
Farmakokinetik lopinavir meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi. Penggunaan lopinavir bersama dengan ritonavir dosis kecil dapat menekan efek CYP3A, sehingga mengurangi pemecahan lopinavir, meningkatkan bioavailabilitas, serta meningkatkan aktivitas lopinavir terhadap protease HIV-1.[1,6]
Absorpsi
Lopinavir merupakan obat dengan kelarutan yang rendah, sehingga mempengaruhi bioavailabilitas, terutama pada konsumsi secara oral. Lopinavir sediaan tablet juga diserap lebih cepat daripada sediaan kapsul.[2,3,6]
Untuk meningkatkan bioavailabilitas lopinavir/ritonavir dalam bentuk larutan oral dan kapsul, obat harus dikonsumsi bersama makanan, terutama makanan dengan kadar lemak sedang hingga tinggi. Absorpsi lopinavir tablet tidak dipengaruhi oleh makanan.[2,3,6]
Distribusi
Ikatan lopinavir pada protein plasma diketahui cukup tinggi, yaitu 98‒99%. Lopinavir berikatan dengan alpha-1-acid glycoprotein (AAG) dan albumin, tetapi ikatannya lebih kuat pada AAG.[2,3,10]
Penetrasi lopinavir pada saluran genitalia laki-laki dan perempuan rendah. Selain itu, lopinavir juga diekskresikan ke ASI dengan dosis rendah, dan tidak terdeteksi dalam plasma bayi dari ibu yang mengonsumsi lopinavir. Penetrasi lopinavir ke dalam sawar darah otak melebihi IC50 (konsentrasi yang dibutuhkan untuk mencapai 50% inhibisi) untuk HIV.[1-3]
Metabolisme
Lopinavir mengalami metabolisme secara cepat dan ekstensif oleh sistem CYP3A4 di hepar, oleh karena itu pemberiannya harus dikombinasikan dengan ritonavir. Sedangkan ritonavir memiliki efek inhibisi terhadap aktivitas CYP3A4, sehingga mengakibatkan konsentrasi plasma lopinavir meningkat.[3,10,11]
Eliminasi
Eliminasi lopinavir terutama terjadi melalui feses. Bersihan oral lopinavir berkisar antara 5,98 + 5,75 L/jam. Penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10,4 + 2,3% 14C-lopinavir dapat ditemukan dalam urin setelah pemberian 14C-lopinavir/ritonavir 400/100 mg. Sekitar 82,6 + 2,5% 14C-lopinavir ditemukan dalam feses setelah pemberian dosis yang sama. Setelah pemberian dosis multipel, kurang dari 3% lopinavir utuh diekskresikan melalui urin.[2,3]
Resistensi
Lopinavir dapat mengalami resistensi silang dengan inhibitor protease lainnya. Data yang tersedia mengenai resistensi silang pada lopinavir terbatas. Namun, secara umum, insidensi resistensi masih rendah.
Dari seluruh pasien yang mengalami kegagalan terapi, resistensi terhadap lopinavir hanya ditemukan pada 18% pasien. Mutasi tersering yang mengakibatkan resistensi inhibitor protease adalah pada posisi 54 dan 82. Mutasi terkait lopinavir pada posisi V321, M461I/L, I47V, I50V, dan I54M memiliki hubungan dengan resistensi terhadap atazanavir.[7,12]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini