Formulasi Lopinavir
Formulasi lopinavir tersedia dalam bentuk tablet, kapsul, dan larutan, yang dikonsumsi peroral. Lopinavir hanya ada dalam bentuk kombinasi dengan ritonavir.[3-5]
Bentuk Sediaan
Di Indonesia, lopinavir hanya tersedia dalam bentuk tablet selaput salut, yang dikombinasikan dengan ritonavir. Sediaan yang ada adalah:
- Tablet lopinavir/ritonavir 100 mg/25 mg
- Tablet lopinavir/ritonavir 200 mg/50 mg[13]
Di luar negeri, lopinavir ada yang dalam bentuk larutan oral, dengan kekuatan 80 mg/20 mg dalam 1 mL.[3,4]
Cara Mengonsumsi
Cara mengonsumsi tablet lopinavir/ritonavir adalah ditelan utuh, di mana tablet tidak boleh dikunyah, dipecahkan, atau dipatahkan. Tablet dapat diminum sesudah makan atau dalam kondisi puasa.[3,4]
Lopinavir/ritonavir dalam bentuk larutan oral dan kapsul disarankan untuk diminum setelah makan, oleh karena bioavailabilitasnya berkurang pada pemberian dalam kondisi puasa.[3,4]
Cara Penyimpanan
Lopinavir harus disimpan pada kemasan aslinya, pada tempat tertutup yang tidak dapat dibuka oleh anak-anak, dengan temperatur ruangan 20‒25℃. Jauhkan dari sinar matahari, panas, dan lingkungan lembap.[3,4]
Kombinasi dengan Obat Lain
Lopinavir hanya tersedia dalam bentuk kombinasi dengan ritonavir. Hal ini karena lopinavir mengalami metabolisme secara cepat dan ekstensif oleh CYP3A4, sehingga efek ritonavir diperlukan untuk menginhibisi kerja CYP3A4. Kombinasi ini akan meningkatkan bioavailabilitas lopinavir.[1-3]
Lopinavir/ritonavir merupakan obat antiretroviral (ART) lini kedua untuk terapi HIV tipe I yang mengalami resistensi terhadap regimen lini pertama. Terapi HIV lini pertama umumnya berbasis non-nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NNRTI). Penelitian menunjukkan bahwa monoterapi lopinavir/ritonavir bersifat inferior dibanding kombinasi lopinavir/ritonavir dengan dua nucleoside reverse transcriptase inhibitor (NRTI). Oleh karena itu, pemberian regimen monoterapi tidak disarankan.[14-17]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini