Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Lopinavir general_alomedika 2022-09-29T09:07:19+07:00 2022-09-29T09:07:19+07:00
Lopinavir
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Lopinavir

Oleh :
dr. Andreas Michael Sihombing
Share To Social Media:

Penggunaan lopinavir pada kehamilan dan pada ibu menyusui harus secara hati-hati. Lopinavir hanya boleh digunakan jika manfaat yang diharapkan lebih besar daripada risiko terhadap janin atau bayi.

Penggunaan pada Kehamilan

Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), lopinavir masuk kategori C. Studi pada hewan coba memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[4,9]

Sedangkan Therapeutic Goods Administration (TGA) memasukan ke dalam kategori B3. Jumlah pasien hamil dan menyusui yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas; observasi pada pasien-pasien tersebut tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau risiko lain terhadap janin.[4]

Data yang tersedia dari Amerika Serikat menunjukkan tidak adanya perbedaan risiko cacat pada kelahiran antara bayi dengan ibu yang mengonsumsi lopinavir pada masa kehamilan. Pada studi menggunakan hewan coba berupa tikus, terlihat gangguan embrionik dan perkembangan fetus pada pemberian dosis toksik. Di Indonesia, lopinavir/ritonavir hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[3,5,19]

Sediaan larutan oral lopinavir/ritonavir tidak boleh diberikan pada pasien hamil karena adanya kandungan alkohol dalam sediaan tersebut. Pada kondisi di mana terapi lini pertama untuk HIV tidak dapat diberikan, sediaan tablet lopinavir/ritonavir dapat menjadi pilihan pengobatan lini kedua untuk pasien hamil, dan dosis harus dibagi menjadi 2 kali pemberian.[3]

Pada sebuah penelitian yang melibatkan 84 pasien hamil yang menggunakan lopinavir/ritonavir, supresi virologis pada ibu hamil dapat tercapai pada dosis 400 mg lopinavir/100 mg ritonavir dua kali sehari, sehingga penyesuaian kekuatan obat tidak perlu dilakukan.[3,20]

Penggunaan pada Ibu Menyusui

Ibu menyusui yang terinfeksi HIV pada dasarnya disarankan untuk tidak menyusui untuk menghindari penularan HIV pada bayi. Namun, di negara berkembang seperti Indonesia, penyediaan susu formula yang aman bagi bayi masih terbatas sehingga pemberian ASI oleh ibu yang terinfeksi HIV dapat dijustifikasi.[21]

Ekskresi lopinavir di ASI sangat sedikit. Meskipun lopinavir relatif lipofilik, lemak ASI tampaknya tidak cukup untuk menghasilkan lopinavir dengan konsentrasi tinggi pada ASI.[3,4]

Sebuah penelitian yang dilakukan di Botswana mendapatkan bahwa dari 49 ibu menyusui yang mengonsumsi lopinavir, 5 bayi yang disusui oleh pasien tersebut memiliki plasma yang mengandung lopinavir. Didapatkan 2 dari 5 bayi hanya memiliki kadar lopinavir <1 μg/ml pada plasma. Hal ini menunjukkan bahwa lopinavir memang diekskresikan pada ASI tetapi tidak secara signifikan.[22]

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

3. Drugs.com. Lopinavir. 2021. https://www.drugs.com/international/lopinavir.html
4. Drugs.com. Lopinavir / ritonavir Pregnancy and Breastfeeding Warnings. 2021. https://www.drugs.com/pregnancy/lopinavir-ritonavir.html
5. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pusat Informasi Obat Nasional: Lopinavir/Ritonavir. 2022. http://pionas.pom.go.id/monografi/lopinavir-ritonavir
9. Roberts SS. Martinez M. et al. Lopinavir/Ritonavir in Pregnancy. JAIDS Journal of Acquired Immune Deficiency Syndromes. August 2009. https://www.natap.org/2009/HIV/071609_07.
19. Badan Pengawas Obat dan Makanan. Pusat Informasi Obat Nasional: Pencarian Obat Kehamilan. 2022. http://pionas.pom.go.id/ioni/lampiran-4-kehamilan?cari%5Bobat%5D=lopinavir&op=Cari
20. Salem AH, Jones AK, et al. No Need for Lopinavir Dose Adjustment during Pregnancy: a Population Pharmacokinetic and Exposure-Response Analysis in Pregnant and Nonpregnant HIV-Infected Subjects. Antimicrob Agents Chemother. 2015 Nov 2;60(1):400-8. https://doi.org/10.1128/AAC.01197-15
21. Ikatan Dokter Anak Indonesia. Menyusui pada ibu HIV. 2013. http://www.idai.or.id/artikel/klinik/asi/menyusui-pada-ibu-hiv
22. Shapiro RL, Rossi S, et al. Therapeutic levels of lopinavir in late pregnancy and abacavir passage into breast milk in the Mma Bana Study, Botswana. Antivir Ther. 2013;18(4):585-90. https://doi.org/10.3851/IMP2474

Efek Samping dan Interaksi Obat ...
Kontraindikasi dan Peringatan Lo...

Artikel Terkait

  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
    Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
  • Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
    Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
  • Red Flag Keringat Malam
    Red Flag Keringat Malam
  • Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO
    Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 09 Mei 2025, 16:20
Pemberian cotrimoksazol pada pasien Hiv-TB berapa lama?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dok, izin diskusi. Saya ada pasien tb dan juga terdiagnosis hiv. Hiv (+) lewat RDT saja tanpa cek cd4. Sudah di berikan arv dan cotrimoksazol 1x960mg....
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 09:44
Hasil Anti HIV Non reaktif pasca berhubungan seks 4 bulan sebelumnya
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Izin bertanya dok, apakag Hasil Anti HIV Non reaktif Pasca berhubungan seks 4 Bulan sebelumnya Sudah Akurat ? Dan apakah pemeriksaan anti HIV di...
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2025, 11:11
Efektivitas tatalaksana candidiasis oral pasien HIV
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter mau tanya. Pasien hiv dgn candidiasis oral lebih efektif mana pake obat nistatin tab atau nistatin suspensi yaa ts ? Mohon pencerahannya

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.