Pengawasan Klinis Telbivudin
Pengawasan klinis dilakukan kepada pasien yang mengkonsumsi telbivudin terkait dengan efek terapi dan efek samping obat. Pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan, yaitu pemeriksaan fungsi hati, pemeriksaan fungsi ginjal, dan kadar DNA virus hepatitis B menggunakan polymerase chain reaction (PCR).[1,2]
Pemeriksaan Fungsi Hati
Fungsi hati SGOT (serum glutamic oxaloacetic transaminase) dan SGPT (serum glutamic pyruvic transaminase) harus dipantau ketat, selama terapi bahkan hingga 1 tahun setelah terapi telbivudin dihentikan. Pemeriksaan laboratorium dilakukan dengan interval 3 bulan, bertujuan untuk memonitor respon terapi.
Sedangkan pemeriksaan setelah terapi dihentikan untuk menilai efek samping eksaserbasi akut hepatitis B. Pemantauan hepatocellular carcinoma (HCC) juga perlu dilakukan terlebih pasien dengan sirosis hepatis.[1,3,9]
Pemeriksaan Fungsi ginjal
Penilaian fungsi ginjal dilakukan pada awal sebelum terapi sebagai nilai baseline. Selain itu, juga penting untuk menentukan dosis telbivudin berdasarkan nilai creatinine clearance. Interval pemantauan fungsi ginjal dapat tergantung dari kondisi klinis pasien.[2,3]
Pemeriksaan DNA Virus Hepatitis B
Pemeriksaan kadar DNA virus hepatitis B dengan PCR di monitor setelah 24 minggu pengobatan dengan telbivudin. Terapi dikatakan berhasil mensupresi virus secara komplit jika hasil pemeriksaan PCR HBV DNA < 300 kopi/mL. Pengobatan lain harus dipertimbangkan jika pada minggu ke 24 masih >300 kopi/mL HBV DNA, dan direkomendasikan untuk melakukan pemeriksaan resistensi.[2,9]
Pemeriksaan Laboratorium Lain
Pemantauan dengan pemeriksaan laboratorium lain diperlukan jika kondisi klinis pasien mengarah kepada penyakit tertentu. Efek samping rabdomiolisis memerlukan pemeriksaan serum kreatinin fosfat kinase, sedangkan kondisi asidosis laktat memerlukan pemeriksaan serum laktat dan analisis gas.[9,12]