Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Tenofovir
Penggunaan tenofovir pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori B oleh FDA dan kategori B3 oleh TGA. Pada ibu menyusui, tenofovir diketahui diekskresikan pada ASI.[3,6,7]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan FDA, tenofovir pada kehamilan masuk dalam kategori B. Kategori B artinya studi pada binatang percobaan tidak memperlihatkan adanya risiko terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.[3,6]
Berdasarkan TGA, tenofovir pada kehamilan masuk kategori B3. Artinya, jumlah wanita hamil dan usia subur yang mengonsumsi obat tersebut masih terbatas, tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek berbahaya langsung atau tidak langsung lainnya pada janin manusia. Penelitian pada hewan telah menunjukkan bukti peningkatan kejadian kerusakan pada janin yang signifikansinya dianggap tidak pasti pada manusia.[7]
Data prospektif yang dilaporkan dari Antiretroviral Pregnancy Registry (APR), menunjukkan secara keseluruhan tidak terdapat peningkatan risiko cacat lahir terhadap pajanan tenofovir disoproxil fumarate (TDF) pada trimester pertama.
Pada studi reproduksi yang telah dilakukan pada hewan tikus dan kelinci, dengan dosis 14-19 kali dosis manusia berdasarkan perbandingan luas permukaan tubuh, didapatkan tidak ada bukti gangguan kesuburan atau bahaya pada janin akibat tenofovir.[4,6]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Penelitian yang dilakukan pada tikus menunjukkan bahwa tenofovir diekskresikan dalam susu. Lalu, dilakukan juga percobaan pada manusia menggunakan sampel ASI dari lima ibu yang terinfeksi HIV-1, yang menunjukkan bahwa tenofovir diekskresikan dalam ASI dengan rata-rata kadar tenofovir tertinggi dan terendah dalam ASI masing-masing adalah 14,1 dan 6,8 mcg/ L.[1,6]