Pengawasan Klinis Cytarabine
Pengawasan klinis pada penggunaan cytarabine terutama pada gejala dan tanda efek samping pada pasien, di antaranya penurunan fungsi sumsum tulang belakang atau gangguan darah, seperti anemia, leukopenia, dan trombositopenia.[1]
Perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium seperti pemeriksaan hitung darah lengkap, hitung jenis leukosit, fungsi hati, blood urea nitrogen (BUN), fungsi ginjal (kadar ureum dan kreatinin serum), dan kadar asam urat secara berkala untuk memantau terjadinya efek samping.[1]
Pemeriksaan hitung leukosit dan platelet disarankan untuk dilakukan setiap hari. Apabila sel blast tidak ditemukan pada pemeriksaan darah perifer maka perlu dilakukan pemeriksaan aspirasi sumsum tulang. Pasien juga perlu dilakukan pemantauan tanda atau gejala perdarahan, infeksi, demam neutropenia, dan sindrom lisis tumor.[1]
Pada tahun 2021, dipublikasikan biomarker farmakogenomik terbaru untuk memantau respons terapi cytarabine. Tes genomik ini dapat membantu dokter dalam memprediksi respons terhadap perawatan berbasis cytarabine.[21]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini