Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Vincristine
Penggunaan vincristine pada kehamilan dan ibu menyusui tidak direkomendasikan karena risiko terhadap janin.
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan Food and Drugs Administration (FDA), vincristine digolongkan dalam kategori D. Artinya, ada bukti positif mengenai risiko terhadap janin manusia, tetapi besarnya manfaat yang diperoleh mungkin lebih besar daripada risikonya, misalnya untuk mengatasi situasi yang mengancam jiwa.[5,11,18]
Therapeutic Goods Administration (TGA) juga menggolongkan obat ini dalam kategori D, yakni obat-obatan yang telah mengakibatkan, dicurigai atau berpotensi mengakibatkan peningkatan insiden malformasi janin atau suatu kelainan janin yang bersifat ireversibel. Obat-obatan ini memiliki efek samping membahayakan.[11,18]
Secara umum, vincristine berpotensi memiliki sifat teratogenik (toksik terhadap janin) dan teratogenik. Paparan terhadap vincristine selama masa kehamilan berpotensi menimbulkan retardasi dan malformasi pertumbuhan janin, keguguran, serta efek-efek toksik lainnya pada bayi baru lahir.
Sampai saat ini, belum ada data adekuat mengenai penggunaan vincristine pada ibu hamil. Pada studi dengan sampel binatang, vincristine telah terbukti menyebabkan kematian dan kecacatan janin baru lahir.[5,18]
Penundaan kehamilan pada pasien yang diterapi vincristine dapat dilakukan dengan menggunakan kontrasepsi untuk kedua belah pihak (suami dan istri) selama masa terapi hingga 6 bulan setelah dosis terakhir.[11,17]
Apabila obat ini diputuskan untuk tetap diberikan selama masa kehamilan, atau saat dalam masa terapi ternyata pasien mengalami kehamilan, sangat penting untuk menyampaikan informasi terkait risiko yang mungkin terjadi.[5,18]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Vincristine, seperti agen antineoplastik lainnya, dikontraindikasikan untuk digunakan oleh ibu menyusui sebab sampai saat ini belum ada data yang pasti menunjukkan kadar vincristine pada ibu dan bayinya yang mendapat ASI.[5,18]
Beberapa studi mencurigai vincristine mempunyai potensi untuk diekskresikan melalui ASI dan menimbulkan efek samping berbahaya pada bayi. Melanjutkan menyusui setelah mendapat terapi vincristine juga tidak direkomendasikan mengingat waktu paruh obat yang relatif lama.
Kemoterapi diyakini memengaruhi susunan kimia dan mikrobiota dari ASI. Pada ibu dengan limfoma non-Hodgkin yang diterapi dengan regimen siklofosfamid, vincristine, dan prednison (CVP), didapatkan temuan neutropenia pada bayinya yang berusia 4 bulan dan aktif diberikan ASI.[17,18]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja