Pengawasan Klinis Siklofosfamid
Pengawasan klinis oleh tenaga kesehatan dalam pemberian siklofosfamid harus dilakukan secara teliti dan menyeluruh terkait kemungkinan toksisitas obat. Pengawasan yang dilakukan meliputi pengawasan laboratoris dan klinis.
Pengawasan Laboratorium
Evaluasi yang rutin dilakukan dalam penggunaan siklofosfamid adalah pemeriksaan laboratorium darah lengkap, sedimen urine untuk mengetahui adanya perdarahan (eritrosit), elektrolit, serta pemeriksaan fungsi ginjal dan hepar.
Evaluasi leukosit dan trombosit, serta fungsi ginjal termasuk yang paling ketat dilakukan yaitu di awal program terapi dimulai kemudian diulang sebelum setiap siklus pemberian. Hentikan pemberian obat pada pasien dengan hitung jenis neutrofil <1500/mm3 atau trombosit <50000/mm3.
Untuk pemeriksaan fungsi hepar, elektrolit, dan urinalisis dilakukan di awal program dan dapat diulang kembali bila terdapat indikasi adanya efek samping. Secara spesifik, pemeriksaan sedimen urine untuk melihat adanya eritrosit sebagai tanda perdarahan dilakukan secara rutin sebelum setiap siklus pada pasien yang diterapi siklofosfamid dosis tinggi (> 1000 mg/m2).
Pengawasan Klinis
Selain evaluasi laboratorium, tenaga kesehatan juga wajib mengawasi kemungkinan adanya efek samping, melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Penilaian toksisitas secara klinis ini dilakukan di setiap waktu kunjungan.
Pada pasien dengan keluhan terkait jantung atau paru, evaluasi tambahan berupa EKG dan pemeriksaan fungsi paru sebaiknya dilakukan berdasarkan temuan klinis saat pemeriksaan. Keseluruhan hasil evaluasi ini digunakan untuk pertimbangan perlunya penyesuaian dosis.[6,11]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja