Formulasi Azathioprine
Formulasi bentuk sediaan azathioprine di Indonesia hanya tersedia dalam bentuk tablet salut selaput 50 mg.
Bentuk Sediaan
Di luar negeri, azathioprine tersedia dalam bentuk tablet dengan dosis 25, 50, 75, dan 100 mg, serta terdapat sediaan injeksi berbentuk tepung dengan dosis 50 dan 100 mg. Pemberian azathioprine secara intravena dengan kepekatan 10 mg/mL dapat diberikan langsung atau dilarutkan dalam 0,9% NaCl atau dextrose 5% diberikan secara infus selama 30-60 menit, namun pada pelaksanaannya dapat diberikan dalam 5 menit hingga 8 jam.
Bentuk Sediaan di Indonesia
Sediaan azathioprine yang ada di Indonesia hanya berupa tablet oral dan salut selaput 50 mg dengan merk dagang: Azathioprine Pch (Pharmachemie BV.-Netherland, Combiphar) dan Imuran (Glaxo Wellcome Indonesia)[2,6]
Cara Penggunaan
Azathioprine biasanya diberikan secara oral. Pada penggunaan dengan indikasi pasca transplantasi ginjal, pemberian biasanya dimulai dengan pemberian intravena kemudian dilanjutkan dengan pemberian secara oral. Dosis pemberian secara oral adalah 1 hingga 2 kali sehari.[2]
Azathioprine memiliki efek samping saluran cerna yang tidak menyenangkan untuk pasien sehingga disarankan mengkonsumsi azathioprine bersamaan dengan makan.
Penggunaan azathioprine dapat meningkatkan kerja hati, konsumsi alkohol bersamaan dengan dengan azathioprine sangat tidak disarankan. Pada peminum alkohol rutin, konsumsi 1-2 gelas sekali atau 2 kali seminggu masih diperbolehkan. Konsumsi 4 gelas dalam 1 waktu walaupun tidak sering sangat tidak disarankan.
Cara Penyimpanan
Penyimpanan dilakukan pada suhu ruang. Jauhkan dari sinar matahari langsung. Obat injeksi harus digunakan dalam 24 jam.[2]
Kombinasi dengan Obat Lain
Penggunaan pada pasien dengan indikasi mencegah reaksi penolakan transplan pasca transplantasi ginjal, pemberian azathioprine dapat dikombinasikan dengan terapi radiasi lokal, kortikosteroid dan agen sitotoksik lain.
Penggunaan pada pasien dengan rheumatoid arthritis dapat dikombinasikan dengan non-steroid anti inflammatory drugs (NSAID) dan/atau kortikosteroid dosis rendah.[2]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri