Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Levothyroxine
Penggunaan levothyroxine atau levotiroksin pada kehamilan termasuk dalam kategori A oleh TGA. FDA juga menyebutkan bahwa berbagai penelitian tentang penggunaan levothyroxine pada wanita hamil, termasuk data post-marketing, tidak menemukan peningkatan defek janin dan keguguran. Penggunaan levothyroxine pada ibu menyusui juga bisa dilanjutkan.[2,10-12]
Penggunaan pada Kehamilan
Kategori A (TGA): obat ini sudah dikonsumsi oleh banyak wanita hamil dan wanita usia subur tanpa meningkatkan frekuensi terjadinya malformasi atau efek samping lain yang membahayakan fetus.
FDA juga menyatakan bahwa menurut berbagai studi, penggunaan levothyroxine pada wanita hamil tidak menunjukkan peningkatan defek pada janin dan keguguran.[2,10-12]
Levothyroxine harus tetap diberikan untuk menangani hipotiroid pada kehamilan karena hipotiroid yang tidak tertangani pada kehamilan memiliki dampak berbahaya, seperti abortus spontan, preeklampsia, persalinan preterm, dan gangguan tumbuh kembang janin.[2,12]
Jika hipotiroid baru didiagnosis saat hamil, dosis levothyroxine yang diberikan adalah 1,5‒2 µg/kgBB/hari. Jika hipotiroid sudah didiagnosis sebelum kehamilan, levothyroxine harus dioptimalkan sebelum konsepsi dan dilanjutkan selama kehamilan.[2,10-12]
Kadar TSH (thyroid-stimulating hormone) bisa meningkat selama kehamilan, sehingga kadar TSH dan levothyroxine serum harus diukur. Dosis levothyroxine biasanya perlu penyesuaian setiap 4‒6 minggu, yaitu peningkatan sekitar 25–40% dosis awal. Pantau kadar TSH dan levothyroxine serum setiap 3‒4 minggu pada trimester pertama dan kedua.[2,10-12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Levothyroxine diekskresikan pada air susu ibu (ASI), tetapi belum ada informasi yang cukup mengenai efek levothyroxine pada bayi yang menyusu. Terapi levothyroxine yang adekuat selama menyusui dapat menormalkan produksi ASI pada ibu yang mengalami hipotiroid. Ibu menyusui sebaiknya tetap melanjutkan levothyroxine.[2,10-12]
Penulisan pertama oleh: dr. Wendy Damar
Direvisi oleh: dr. Irene Cindy Sunur