Farmakologi Diltiazem
Aspek farmakologi diltiazem terkait inhibisi influks ion kalsium pada kanal kalsium tipe lambat di sel jantung dan otot polos vaskular. Inhibisi kanal kalsium menyebabkan terjadinya vasodilatasi, sehingga menurunkan tekanan darah. Diltiazem memiliki efek antihipertensi, antiaritmia dan antiangina.[3–5]
Farmakodinamik
Diltiazem merupakan penghambat kanal kalsium tipe lambat, yang bekerja dengan menginhibisi influks kalsium ekstraseluler ke dalam miokardium dan otot polos vaskular. Inhibisi aliran kalsium menyebabkan efek inotropik langsung dan energy sparing pada miokardium. Manfaat terapi diltiazem jangka panjang adalah berkurangnya risiko kejadian kardiovaskular yang fatal dan non-fatal, terutama stroke dan infark miokard.[1]
Efek Antihipertensi
Influks ion Ca pada menimbulkan kontraksi jantung dan vasokonstriksi. Diltiazem mampu menimbulkan efek vasodilatasi, inotropik negatif, kronotropik negatif serta dromotropik negatif, dengan mereduksi influks kalsium ke dalam sel. Diltiazem juga menurunkan resistensi vaskular perifer akibat relaksasi otot polos vaskular. Melalui mekanisme tersebut, diltiazem sesuai untuk digunakan dalam tata laksana hipertensi.[1,3,5]
Efek Antiaritmia
Diltiazem juga digunakan sebagai terapi pada aritmia. Efek antiaritmia dicapai dengan memperlambat otomatisasi nodus sinoatrial (SA) dan kecepatan konduksi nodus atrioventrikular (AV). Diltiazem memengaruhi pembentukan potensial aksi sel pacu jantung pada nodus SA, serta potensial aksi jaringan nodus AV pada fase 0 saat depolarisasi, dengan mengubah konduktansi ion kalsium.
Kanal kalsium tipe lambat sangat berperan terhadap influks kalsium pada fase 0 pembentukan potensial aksi. Reduksi konduksi nodus atrioventrikular (AV) oleh diltiazem dapat dimanfaatkan untuk kontrol laju ventrikel jantung pada pasien atrial fibrilasi. Diltiazem juga menjadi pilihan terapi untuk supraventricular tachycardia.[1,3,5]
Efek Antiangina
Diltiazem memiliki efek antiangina, dengan cara menurunkan kebutuhan oksigen miokardium melalui reduksi laju jantung dan curah jantung. Selain itu, efek vasodilatasi perifer menurunkan stres pada dinding ventrikel kiri, sehingga kebutuhan oksigen semakin berkurang.
Diltiazem juga menimbulkan efek vasodilatasi poten pada arteri koronaria dan mengatasi spasme arteri koroner, sehingga meningkatkan suplai oksigen miokardium. Studi menunjukkan diltiazem meningkatkan toleransi latihan.[1–3,5]
Farmakokinetik
Bioavailabilitas diltiazem oral mencapai 60%. Diltiazem dapat didistribusikan ke dalam air susu ibu. Metabolismenya terjadi di hepar, dengan kerja enzim CYP3A4. Waktu paruh diltiazem oral adalah 3–4,5 jam.
Absorpsi
Diltiazem diabsorpsi dengan baik pada saluran cerna dengan bioavailabilitas sekitar 40–60%. Untuk hipertensi, onset diltiazem dimulai setelah 30–60 menit. Konsentrasi maksimal serum dicapai dalam waktu 2–4 jam untuk sediaan lepas cepat, dan dalam 10–18 jam untuk sediaan lepas lambat.[8,9]
Distribusi
Obat ini berikatan dengan protein plasma sekitar 70–80%, terutama bersama alpha-1-glycoprotein dan albumin. Volume distribusi diltiazem sekitar 3–13 liter/kg. Diltiazem dapat ditemukan pada air susu ibu.[1,8,9]
Metabolisme
Diltiazem mengalami metabolisme fase pertama di hepar, dengan melibatkan enzim CYP3A4. Sebagian hasil metabolisme diltiazem bersifat aktif secara farmakologis, antara lain N-monodesmethyl diltilazem, deacetyl diltiazem, dan deacetyl N-monodesmethyl diltiazem.[1,8]
Eliminasi
Ekskresi diltiazem dalam bentuk tidak berubah via urin hanya sedikit, yakni sekitar 2–4%. Waktu paruh diltiazem setelah pemberian dosis oral, baik tunggal maupun berulang, adalah sekitar 3-4,5 jam. Setelah pemberian intravena dosis tunggal, waktu paruh diltiazem diperkirakan sekitar 3–4 jam, sedangkan pada infus secara kontinyu waktu paruhnya adalah 4–5 jam.[1,8]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra