Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Diltiazem
Penggunaan diltiazem pada kehamilan dikategorikan sebagai kategori C oleh Food and Drugs Administration atau FDA. Sebaiknya, obat ini tidak diberikan selama kehamilan. Pada ibu menyusui, pemberian diltiazem juga sebaiknya tidak direkomendasikan.
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan FDA, diltiazem termasuk ke dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil.
Diltiazem juga termasuk ke dalam kategori C menurut Therapeutic Goods Administration (TGA), yang berarti obat diduga menyebabkan efek membahayakan bagi janin manusia atau fetus, tetapi tidak tidak mengakibatkan malformasi. Efek membahayakan ini mungkin bersifat reversible.
Bukti klinis menunjukkan adanya efek teratogenik pada hewan, tetapi data pada manusia masih sangat terbatas. Sebaiknya, diltiazem dihindari selama kehamilan, juga pada wanita usia reproduktif yang tidak menggunakan kontrasepsi efektif.[13,14]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Diltiazem tidak direkomendasikan untuk ibu menyusui. Diltiazem diekskresikan pada air susu ibu (ASI). Studi terdahulu menunjukkan kadar puncak diltiazem tercapai setelah 2 jam konsumsi regimen diltiazem 60 mg per oral, 4 kali/hari, sebesar 190-230 μg/L. Kadar obat dalam ASI hampir serupa dengan kadar dalam plasma.
Alternatif obat lain yang dapat digunakan, antara lain nifedipin atau verapamil. Jika pasien tidak dapat menghentikan terapi dengan diltiazem, maka sebaiknya pasien berhenti menyusui.[3,13]
Direvisi oleh: dr. Livia Saputra