Farmakologi Scopolamine
Farmakologi scopolamine atau hyosin adalah sebagai agen antikolinergik, yang dapat menghambat aksi asetilkolin pada otot polos saluran cerna, saluran kemih, bilier, kelenjar sekresi, dan susunan saraf pusat (SSP).
Scopolamine merupakan spasmolitik pada otot polos dan menghambat sekresi. Scopolamine juga menghambat transmisi impuls kolinergik dari nukleus vestibularis ke SSP, sehingga mencegah mual dan muntah terkait mabuk perjalanan.[2,7]
Farmakodinamik
Scopolamine diklasifikasikan sebagai antikolinergik karena beraksi menghambat reseptor asetilkolin. Struktur scopolamine menyerupai asetilkolin. Scopolamine memiliki berbagai indikasi, salah satunya adalah mencegah mabuk perjalanan (motion sickness). Mekanisme scopolamine dalam mencegah mual dan muntah terkait mabuk perjalanan belum begitu jelas.[1,2]
Dalam keadaan seseorang menjadi disorientasi karena perubahan gerak, sistem vestibular akan mengirim sinyal ke pusat muntah di otak sehingga menyebabkan muntah. Asetilkolin (Ach) adalah neurotransmitter yang dapat mengirim sinyal melalui ligand-gated cation channels (reseptor nikotinik) dan G-protein-coupled muscarinic receptors (mAChRs).[1,2]
Ach yang melalui mAChRs pada sistem saraf pusat dan perifer, dapat mengatur kontraksi otot polos, sekresi kelenjar, denyut jantung, dan beragam peristiwa neurologis, seperti belajar dan mengingat. Reseptor mAChRs dapat dibagi menjadi 5 subtipe, yaitu M1 sampai M5.[1,2]
Pusat muntah terletak di medulla oblongata yang mengandung M1 muskarinik asetilkolin dalam jumlah besar. Maka dari itu, setiap obat yang menghambat reseptor M1 dapat mencegah muntah. Scopolamine bekerja pada reseptor M1, tetapi beberapa studi juga melaporkan aktivitas reseptor histamin H1.[1,3]
Scopolamine diformulasikan dalam bentuk koyo, obat oral, dan parenteral. Pada bentuk koyo transdermal, zat aktif scopolamine dikeluarkan secara terus-menerus selama 3 hari, dan dapat terdeteksi dalam urine sampai lebih dari 108 jam.[1,7]
Farmakokinetik
Farmakokinetik scopolamine berbeda-beda tergantung rute pemberian, di mana sediaan peroral memiliki Cmax yang lebih rendah dengan tmax yang lebih tinggi.
Absorbsi
Scopolamine peroral 0,5 mg pada individu normal memiliki Cmax 0,54 + 0,1 mg/mL, tmax 23,5 + 8,2 menit, dan AUC (area under the curve) 50,8 + 1,76 mg.menit/mL. Scopolamine yang diberikan melalui infus mempunyai Cmax 5,00 + 0,43 ng/mL, tmax 5 menit, dan AUC 369,4 + 2,2 ng.menit/mL.[1]
Distribusi
Scopolamine menembus sawar darah ke otak dan plasenta, serta terserap ke dalam ASI. Infus 0,5 mg scopolamine selama 15 menit menghasilkan volume distribusi 141,3 + 1,6 L. Dalam bentuk hiosin butilbromida, sekitar 4% terikat protein plasma atau albumin.[1,7]
Metabolisme
Tidak seperti pada hewan uji, metabolisme scopolamine pada manusia belum banyak diketahui. Secara umum, metabolisme utama scopolamine di hepar melalui konjugasi. Metabolit utama adalah konjugat glukoronida dan sulfida.[1,7]
Eliminasi
Setelah diberikan secara oral, sekitar 2,6% scopolamine dalam bentuk yang tidak berubah ditemukan di urine. Pada rute koyo transdermal, kurang dari 10% dari keseluruhan dosis ditemukan pada urine selama lebih dari 108 jam. Di mana <5% dari keseluruhan dosis dalam bentuk yang tidak berubah.[1]