Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Scopolamine
Penggunaan scopolamine atau hyosin pada kehamilan dan ibu menyusui hanya jika manfaat lebih besar daripada risiko terhadap janin. Scopolamine masuk kategori C menurut FDA, dan B2 berdasarkan TGA.[5,8,10-12]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan Food and Drug Administration (FDA), penggunaan obat scopolamine pada kehamilan termasuk kategori C. Studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, tetapi belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Oleh karena itu, scopolamine hanya boleh digunakan jika manfaat yang diharapkan melebihi risiko terhadap janin.[12]
Berdasarkan Therapeutic Goods Administration (TGA), obat scopolamine termasuk kategori B2. Studi observasi yang dilakukan pada sekelompok kecil ibu hamil dan wanita usia reproduksi tidak menunjukkan adanya peningkatan frekuensi malformasi atau efek buruk pada janin.[8]
Penggunaan Scopolamine Transdermal
Menurut American Family Physician (AFP), scopolamine bukan terapi lini pertama untuk hiperemesis gravidarum. Scopolamine dapat digunakan sebagai salah satu opsi terapi mual dan muntah pada kehamilan yang refrakter, yaitu menggunakan koyo scopolamine dosis 1 mg di belakang telinga selama 3 hari.[19,20]
Namun, sebaiknya penggunaan koyo scopolamine dihindari pada trimester pertama karena dapat menyebabkan deformitas ekstremitas dan batang tubuh (trunk). Dalam studi observasional dan laporan pasca pemasaran, penggunaan scopolamine koyo pada ibu hamil sejauh ini belum dilaporkan adanya resiko defek janin, keguguran, maupun gangguan persalinan.[11,20,21]
Penggunaan Scopolamine Intravena
Pada studi hewan uji tikus, tidak ada efek gangguan perkembangan janin tikus setelah diberikan scopolamine intravena. Pada studi hewan uji kelinci, terdapat efek embriotoksisitas setelah diberikan scopolamine intravena yang menghasilkan kadar scopolamine plasma kelinci kira-kira 100 kali lipat kadar scopolamine plasma pasca penggunaan koyo pada manusia.[11,21]
Penggunaan Scopolamine Peroral
Penggunaan scopolamine peroral pada ibu hamil sebaiknya dihindari, karena tidak ada cukup data mengenai keamanan penggunaan. Pada panduan sebuah rumah sakit di Australia, obat ini disebut cukup aman digunakan pada trimester berapapun. Akan tetapi, sebaiknya tetap perlu pertimbangan asas manfaat dibandingkan risiko sebelum meresepkan kepada pasien.[22,23]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Scopolamine dapat diekskresikan melalui ASI. Dalam sebuah penelitian, penggunaan scopolamine selama persalinan mempunyai efek samping terhadap perilaku menyusu neonatus. Dikarenakan jumlah penelitian yang terbatas, efek samping bagi bayi dan ibu menyusui belum dapat disimpulkan.
Penggunaan scopolamine pada ibu menyusui perlu ditentukan berdasarkan asas manfaat dan risiko. Jika obat ini benar-benar perlu diresepkan dalam jangka panjang, amati tanda-tanda penurunan kemampuan laktasi, seperti bayi tidak puas menyusu atau pertambahan berat badan bayi yang tidak optimal.[5,9–11]
Efek scopolamine yang dapat terjadi pada bayi yang disusui adalah:
- Jangka pendek, di mana dapat mengganggu proses menyusui dengan cara mengubah perilaku menyusu bayi.
- Jangka panjang, di mana dapat mengurangi produksi atau letdown reflex (LDR) ASI[14]
Efek scopolamine yang dapat terjadi pada ibu menyusui adalah:
- Pada studi yang dilakukan pada hewan uji, efek antikolinergik dari scopolamine dapat menghambat kemampuan laktasi, yaitu melalui penghambatan pada hormon pertumbuhan dan sekresi oksitosin.
- Obat antikolinergik dapat menurunkan level prolaktin pada wanita yang tidak menyusui[10]