Pengawasan Klinis Scopolamine
Pengawasan klinis scopolamine atau hyosin meliputi efek samping antikolinergik sehingga diperlukan pemeriksaan denyut jantung, urinary output, suhu tubuh, dan tekanan intraokular. Pada populasi khusus, yaitu pasien dengan komorbid, lansia, dan anak-anak, scopolamine dapat diberikan dengan perhatian khusus. Saat ini tidak ada pemeriksaan laboratorium untuk mengukur kadar scopolamine dalam darah.[3,7]
Pengawasan Populasi Khusus
Pengawasan klinis scopolamine atau hyosin terutama dilakukan pada pasien psikiatri, miastenia gravis, riwayat kejang atau preeklampsia berat, gangguan pencernaan dan miksi, dan gangguan hati dan ginjal.[3]
Pasien Psikiatri
Dalam sebuah laporan, scopolamine diduga memperberat psikosis, agitasi, gangguan berbicara, halusinasi, paranoid, dan delusi. Pasien dengan gangguan jiwa perlu dipantau adanya gejala baru atau gejala psikiatri memburuk selama pengobatan.[3]
Riwayat Kejang atau Preeklampsia
Terdapat hipotesis bahwa scopolamine dapat menurunkan ambang batas kejang, sehingga dapat memicu kejang pada pasien dengan riwayat kejang. Akan tetapi, hal ini belum dapat ditegakkan sepenuhnya karena mekanisme yang belum jelas diketahui.[3]
Penggunaan scopolamine pada pasien dengan preeklampsia berat perlu diperhatikan. Berdasarkan teori vasospasme, preeklampsia dapat menghambat timbal balik saraf simpatis sehingga dapat memicu timbulnya eklampsia dan sindrom HELLP (hemolysis, elevated liver enzymes, and low platelets).[3]
Gangguan Pencernaan dan Miksi
Scopolamine bersifat antikolinergik sehingga dapat menurunkan motilitas lambung dan menyebabkan retensi urine. Perlu dilakukan pemantauan berkala pada pasien yang dicurigai mengalami obstruksi intestinal, obstruksi pilorus, obstruksi collum vesica urinaria, atau pada pasien yang sedang menggunakan obat antikolinergik jenis lain seperti atropin. Hentikan penggunaan scopolamine pada pasien yang mengeluhkan sulit kencing dan gangguan pencernaan.[3]
Overdosis Scopolamine
Penggunaan scopolamine harus memperhatikan dosis maksimal pada setiap populasi. Pemberian scopolamine pada populasi tertentu sebaiknya lebih dipertimbangkan, yaitu pada lansia, anak-anak, penderita gangguan hati dan ginjal. Belum ada data mengenai rentang kadar aman scopolamine dalam darah.[4,7,12,15,16,22]
Gejala dan Tanda Overdosis
Scopolamine yang diberikan dalam dosis berlebih dapat menimbulkan tanda dan gejala overdosis. Tanda overdosis seperti letargi, koma, kebingungan, agitasi, penurunan suara peristaltik, takikardia, hipertensi, dan aritmia. Gejala overdosis seperti mengantuk, halusinasi, kejang, gangguan visual, dry flushed skin, dan mulut dan bibir kering.[1,7]
Pada beberapa kasus, tanda dan gejala overdosis dapat menyerupai tanda dan gejala withdrawal scopolamine, yaitu berupa bradikardia, nyeri kepala, mual, kram perut, dan berkeringat.[1,7]
Penanganan Overdosis
Meski sangat jarang, penanganan overdosis scopolamine dapat dilakukan dengan pemberian agen antidotum seperti physostigmine, obat-obatan simptomatik, dan terapi suportif. Selain itu, direkomendasikan untuk memastikan jalan napas adekuat, bantuan oksigen, akses intravena, dan pengawasan klinis berkala.[1,3,7,22]
Penanganan overdosis scopolamine adalah:
-
Pastikan jalan nafas adekuat, jika perlu berikan oksigen
- Buka akses intravena
- Antidotum physostigmine melalui rute intravena lambat, dengan dosis 1‒4 mg dapat dipertimbangkan untuk membalikkan efek antikolinergik. Namun, penggunaan obat ini bisa berbahaya dan secara umum tidak direkomendasikan
-
Pada pasien dengan glaukoma, dapat diberikan pilokarpin secara topikal
-
Pada kondisi depresi napas, lakukan intubasi dan berikan ventilasi mekanik
-
Pada kondisi retensi urin, dapat dilakukan kateterisasi saluran kemih[22]