Farmakologi Zinc
Farmakologi zinc sangat berhubungan dengan perannya dalam pertumbuhan sel, metabolisme dan diferensiasi sel, serta pertahanan terhadap infeksi. Absorpsi zinc di dalam saluran cerna paling efektif saat perut kosong, sedangkan ekskresi utama terjadi di saluran cerna dan zinc akan dikeluarkan bersama feses.
Farmakodinamik
Farmakodinamik zinc berhubungan erat dengan perannya di dalam tubuh sebagai unsur mineral yang penting. Secara garis besar, zinc memiliki tiga peran dalam tubuh yaitu peran katalitik, struktural dan regulatori. Zinc bekerja dalam berbagai aspek proses metabolisme seluler, antara lain sintesis protein, proses pembelahan sel, proses penyembuhan luka, aktivitas katalitik terhadap sekitar 200 enzim dan sebagai kofaktor pada lebih dari 300 enzim yang memengaruhi fungsi berbagai organ.[1,2]
Zinc juga terlibat dalam mekanisme penghambatan absorbsi tembaga pada traktus gastrointestinal yang dimanfaatkan dalam tatalaksana penyakit Wilson. Zinc dalam bentuk garam asetat, bekerja dengan menstimulasi metallothionein, suatu protein dalam sel-sel usus yang mengikat unsur tembaga dan mencegah penyerapan serta transpor tembaga ke hati.[3]
Studi telah menunjukkan bahwa zinc dapat mempercepat proses penyembuhan serta memperpendek durasi sakit pada kondisi flu dan common cold. Zinc juga telah lama diketahui berperan dalam mengurangi gejala buang air besar cair pada gastroenteritis anak.[3,17,18,20,21]
Farmakokinetik
Dari segi absorpsi farmakokinetik zinc dipengaruhi oleh konsumsi makanan dan status nutrisi zinc didalam tubuh. Bioavailabilitas zinc lebih tinggi jika dikonsumsi pada keadaan perut kosong. Sebagian besar zinc terdistribusi pada organ hati, otot, tulang, mata dan ginjal. Ekskresi zinc terutama dikeluarkan bersama feses.
Absorbsi
Absorpsi zinc terjadi di usus halus dan dipengaruhi beberapa faktor, antara lain adalah makanan dan status defisiensi zinc didalam tubuh. Bioavailabilitas zinc dalam perut kosong sekitar 60‒70%. Tingkat efisiensi absorbsi zinc akan menurun apabila diberikan bersama makanan. Pada pasien dengan defisiensi zinc, penyerapan zinc di dalam usus halus akan lebih besar dibanding pasien dengan diet tinggi zinc.[1,3]
Distribusi
Sekitar 60‒70% dari zinc yang diabsorpsi akan berikatan dengan plasma albumin, lalu didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Zinc terutama terdistribusi pada hati, paru, otot, tulang, mata, cairan prostat dan ginjal.[1,9]
Metabolisme
Metabolisme zinc didalam tubuh segera dimulai ketika terjadi penyerapan, baik dari makanan ataupun obat-obatan dalam bentuk ion bebas. Ion bebas ini akan berikatan dengan ligan yang disekresi secara endogen sebelum ditransportasikan ke dalam enterosit di duodenum dan jejunum. Mekanisme transport protein akan memfasilitasi perjalanan zinc memasuki sirkulasi hepatik.[1]
Zinc sendiri dapat menginduksi dan berikatan dengan metallothionein intestinal (hingga 20%) di dalam sel, sehingga zinc akan berkombinasi dengan tembaga di saluran cerna dan mencegah terjadinya transfer serosal tembaga ke pembuluh darah.[1,10]
Sel intestinal akan mengalami pengelupasan selama 6 hari, dan selanjutnya ikatan zinc, tembaga–metallothionein akan keluar bersama feses dan tidak diabsorbsi kembali. Waktu paruh zinc didalam tubuh manusia mencapai 280 hari dan kecepatan klirensnya adalah 0.63 ± 0.39 μg/menit.[1,3]
Eliminasi
Ekskresi zinc terutama terjadi melalui traktus gastrointestinal lewat sekresi intestinal dan sekresi bilier, walaupun hampir semua akan direabsorbsi kembali. Selain itu, zinc dapat diekskresikan melalui urin dan permukaan tubuh (pengelupasan kulit, rambut, keringat).[1,9]
Resistensi
Belum ada data resistensi zinc. Namun efektivitas absorbsi zinc akan menurun pada orang dengan status kadar zinc yang normal atau sedang menjalani diet tinggi zinc.[1]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH