Indikasi dan Dosis Zinc
Indikasi utama pemberian zinc adalah sebagai terapi defisiensi zinc dan kondisi lain yang mungkin berhubungan dengan defisiensi zinc. Terdapat bukti kuat yang mendukung penggunaan tablet hisap zinc untuk mengurangi durasi dan gejala common cold atau flu. Pemberian zinc juga direkomendasikan pada kasus gastroenteritis anak, sebab diare dapat menyebabkan defisiensi zinc. Pada infeksi COVID-19, studi menyatakan bahwa suplementasi zinc tidak memperbaiki kesintasan dan tidak menurunkan mortalitas pasien.[1,15-18,20,21]
Dosis
Dosis zinc berbeda-beda bergantung pada diagnosis kerja serta usia pasien yang menerima terapi zinc. Saat ini berbagai studi terus dilakukan untuk menentukan dosis yang paling tepat untuk setiap kondisi gangguan kesehatan yang membutuhkan suplementasi zinc.
Defisiensi Zinc
Dosis zinc untuk kondisi defisiensi zinc pada pasien dewasa adalah 6.5 mg zinc elemental per hari sebagai bagian dari regimen nutrisi parenteral intravena.[9]
Gastroenteritis atau Diare Akut
Pemberian zinc direkomendasikan pada anak yang menderita gastroenteritis, karena diare dapat menyebabkan defisiensi zinc yang bisa mengakibatkan masa sakit yang lebih lama dan gejala yang berat. Pada negara berkembang, banyak ditemukan kasus defisiensi zinc ringan hingga sedang dan hal ini dapat memengaruhi tingkat kesembuhan gastroenteritis akut.[20,21]
Dalam tata laksana gastroenteritis atau diare akut, zinc diberikan dalam bentuk zinc sulfat dengan dosis sebesar 20 mg/hari secara oral selama 10-14 hari bagi individu berusia >6 bulan. Untuk bayi usia <6 bulan dosis yang digunakan adalah 10 mg/hari. Pada tatalaksana diare, zinc tetap harus diikuti dengan terapi rehidrasi dengan oralit.[8,12]
Common Cold dan Flu
Terdapat bukti kuat yang mendukung penggunaan tablet hisap zinc mengurangi durasi dan gejala common cold atau flu. Tablet hisap zinc dosis tinggi sebaiknya diberikan dalam 24 jam setelah onset gejala.
Zinc yang diberikan pada orang dewasa dengan dosis 75 mg per hari selama 5 bulan mampu menurunkan insidensi common cold. Sebuah tinjauan sistematis menemukan bahwa pemberian zinc kurang dari 75 mg tidak dapat memperpendek durasi dan meringankan gejala common cold, sehingga perlu diingat untuk memberikan zinc dengan dosis setidaknya 75 mg per hari.
Pemberian zinc untuk tata laksana common cold dan flu tidak boleh secara intranasal karena dapat menyebabkan efek yang tidak diinginkan, yaitu anosmia ireversibel. Preparat homeopathic seperti zinc glukonat intranasal telah dilaporkan dapat menyebabkan anosmia. Untuk tata laksana common cold dan flu sebaiknya menggunakan preparat zinc sulfat dalam sediaan sirup atau lozenges.[16,17,18,25]
Gangguan Obsesif Kompulsif
Suplementasi zinc telah terbukti bermanfaat pada penggunaan fluoxetine dalam terapi gangguan obsesif kompulsif. Sebuah uji klinis selama 8 minggu mendapatkan nilai Yale Brown Obsessive-Compulsive Scale (Y-BCOS) yang lebih rendah secara bermakna pada kelompok yang menerima fluoxetine bersama dengan zinc dibandingkan dengan kelompok kontrol. Dosis pengobatan yang digunakan pada uji klinis ini adalah fluoxetine 20 mg/hari dan zinc 40 mg/hari.[19,23]
Penyakit Wilson
Zinc asetat diberikan pada penderita penyakit Wilson dengan dosis 150 mg/hari yang dapat diberikan dalam 3 dosis terbagi. Pada individu dengan berat <57 kg, dosis yang digunakan adalah 75 mg/hari dalam 3 dosis terbagi. Target terapi adalah kadar tembaga dalam plasma darah kurang dari 250 microgram/l dan ekskresi tembaga urin kurang dari 125 mikrogram/24 jam.[3]
COVID-19
Beberapa studi retrospektif awal sempat melaporkan bahwa pemberian suplemen zinc dapat menurunkan mortalitas pasien COVID-19. Untuk mengonfirmasi temuan tersebut, suatu meta analisis telah dilakukan di 2021 untuk mempelajari beberapa studi sekaligus dengan sampel yang lebih besar. Hasilnya ternyata menunjukkan bahwa pemberian suplemen zinc tidak memperbaiki kesintasan pasien COVID-19 dan tidak menurunkan mortalitas.
Namun, jika ingin memberikan zinc, dosis harian yang dianjurkan adalah 11 mg/hari untuk laki-laki dan 8 mg/hari untuk perempuan.[4,13,15]
Penggunaan Lain
Berbagai studi dilakukan mengenai manfaat suplementasi zinc pada kondisi Alzheimer, attention deficit hyperactivity disorder, diabetes, gangguan fertilitas, pneumonia, proses penyembuhan luka, efek antiinflamasi, depresi, epilepsi dan tinnitus. Namun, masih perlu dilakukan studi lanjutan mengenai manfaat serta dosis yang dibutuhkan untuk tiap-tiap kondisi tersebut.[2]
Dahulu, zinc diduga dapat memperbaiki kualitas sperma. Tetapi, bukti klinis yang lebih baru menemukan bahwa suplementasi zinc tidak meningkatkan angka kelahiran hidup ataupun kualitas sperma.[24]
Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH