Penggunaan Pada Kehamilan Dan Ibu Menyusui Aminophylline
Penggunaan aminophylline pada kehamilan masuk dalam kategori C oleh FDA. Pada ibu menyusui, aminophylline dapat dikeluarkan melalui ASI.[1,12]
Penggunaan pada Kehamilan
Aminophylline masuk dalam kategori C oleh FDA. Artinya studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[1,12]
Aminophylline merupakan obat turunan teofilin. Teofilin tidak terbukti teratogenik pada tikus dengan dosis oral hingga 400 mg/kg, kira-kira 2 kali dosis manusia. Pada dosis 220 mg/kg, embriotoksisitas diamati pada tikus tanpa adanya toksisitas induk.[15]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Aminophylline diekskresikan ke dalam ASI. Sebuah panel ahli menganggap penggunaan aminophylline dapat diterima selama menyusui. Meski demikian, penggunaan aminophylline terkadang bisa menyebabkan iritabilitas dan tidur gelisah pada bayi. Bayi baru lahir dan bayi prematur lebih berisiko terpengaruh karena eliminasi yang lambat dan pengikatan teofilin protein serum yang rendah.
Jika aminophylline digunakan pada ibu menyusui, pertahankan konsentrasi serum ibu di bagian bawah kisaran terapeutik dan pantau bayi untuk tanda efek samping. Menghindari menyusui selama 2 jam setelah dosis intravena atau 4 jam setelah dosis oral dapat menurunkan paparan pada bayi.[1,14]