Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Antitoksin Botulinum
Data tentang penggunaan antitoksin botulinum pada kehamilan masih terbatas. Selain itu, data efektivitas dan keamanan antitoksin botulinum pada ibu menyusui juga masih belum memadai.[2,3,10]
Penggunaan pada Kehamilan
Dalam kategori Food and Drug Administration (FDA) mengenai penggunaan obat pada kehamilan, antitoksin botulinum termasuk dalam kategori N. Hal ini berarti bahwa obat belum dikategorikan. Dalam kategori Therapeutic Goods Administration (TGA) Australia mengenai penggunaan obat pada kehamilan, antitoksin botulinum termasuk dalam kategori exempt, yang berarti bahwa obat ini juga belum masuk dalam kategori kehamilan.
Beberapa obat yang tidak menerima kategori kehamilan mungkin berinteraksi dengan obat lain dan menyebabkan efek samping tak terduga pada ibu dan/atau janin.[2,3]
Tinjauan oleh Badell et al terhadap 17 studi kasus botulisme pada kehamilan pernah melaporkan bahwa 16 dari 17 studi kasus tersebut merupakan botulisme yang terdeteksi sebelum kelahiran dan sisanya merupakan botulisme yang terdeteksi setelah kelahiran. Lima kasus disebabkan oleh paparan makanan terkontaminasi, 2 kasus disebabkan oleh luka terbuka yang terpapar, dan sisanya tidak diketahui penyebabnya.
Dari keseluruhan pasien studi kasus tersebut, sebanyak 11 pasien menerima terapi antitoksin botulinum tanpa mengalami kelainan terkait terapi pada ibu maupun janin.[10]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Saat ini belum ada studi yang adekuat tentang ekskresi antitoksin botulinum melalui ASI, sehingga penggunaannya pada ibu menyusui hanya dilakukan bila manfaat dinilai melebihi risiko yang dapat terjadi pada ibu menyusui dan bayi.[1-3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini