Efek Samping dan Interaksi Obat Rivaroxaban
Efek samping rivaroxaban yang perlu diwaspadai adalah perdarahan, di mana interaksi obat dengan inhibitor kuat CYP3A4 dapat meningkatkan risiko ini.
Efek Samping
Efek samping utama dari rivaroxaban adalah peningkatan risiko perdarahan, seperti epistaksis, perdarahan gingiva, dan perdarahan genitourinaria. Penggunaan jangka panjang berisiko menimbulkan anemia dan fatigue.
Efek samping rivaroxaban antara lain:
- Alergi dan imunologi, seperti hipersensitivitas, reaksi anafilaksis, syok anafilaksis, angioedema
- Gastrointestinal dan hepatobilier, seperti nyeri abdomen, ikterus, kolestasis, hepatitis, cedera hepatoselular, peningkatan kadar serum transaminase
- Sistem saraf, seperti dizziness, sinkop, perdarahan serebral, hematoma subdural, hematoma epidural, hemiparesis. Risiko kejadian stroke meningkat setelah penghentian rivaroxaban pada atrial fibrilasi nonvalvular
- Psikiatri, seperti anxietas, depresi, insomnia
- Dermatologi, seperti pruritus, sindrom Stevens Johnson (SJS), drug reaction with eosinophilia and systemic symptoms (DRESS)
- Hematologi dan sistem limfatik, seperti agranulositosis dan trombositopenia
- Muskuloskeletal, seperti nyeri ekstremitas, nyeri punggung, dan spasme otot[1,4,6]
Interaksi Obat
Rivaroxaban dimetabolisme oleh CYP3A4/5, CYP2J2, dan P-gp serta ATP-binding cassette G2 transporter. Inhibitor dan inducer dari CYP3A4 dan P-gp diketahui mempengaruhi efek obat dari rivaroxaban.
Meningkatkan Konsentrasi Obat
Pemberian bersamaan dengan inhibitor kuat dari CYP3A4 dan P-gp, yaitu seluruh golongan obat azoles kecuali fluconazole dan inhibitor protease seperti ritonavir, menyebabkan peningkatan paparan dari rivaroxaban dan meningkatkan risiko perdarahan.[1,2]
Pemberian bersamaan dengan inhibitor sedang dari CYP3A4 dan P-gp atau obat-obatan yang hanya menghambat salah satu jalur, secara umum tidak menyebabkan perbedaan signifikan terhadap farmakokinetik rivaroxaban, sehingga tidak dikontraindikasikan.
Akan tetapi, pada pasien dengan klirens kreatinin 30-49 ml/menit, diperlukan pengawasan lebih ketat terkait peningkatan risiko terjadinya perdarahan. Beberapa obat tersebut antara lain:
- Fluconazole
- Immunosupresan, seperti siklosporin
- Makrolid, seperti clarithromycin dan erithromycin
Amiodarone, dipyridamole, tamoxifen[1,2,5]
Menurunkan Konsentrasi Obat
Kombinasi dengan inducer dari P-gp dan CYP3A4 akan menurunkan efek obat dan dapat meningkatkan risiko kejadian tromboemboli. Beberapa obat yang dimaksud seperti carbamazepine, phenytoin, phenobarbital, dan rifampicin.[1,2,4,5,11]
Penggunaan Bersamaan Trombolitik atau Antiplatelet
Penggunaan rivaroxaban bersamaan dengan obat trombolitik maupun antiplatelet tidak direkomendasikan, kecuali terdapat indikasi tertentu terkait penyakit jantung yang memerlukan dual therapy.
Rivaroxaban 15 mg yang diberikan bersama aspirin, loading dose 500 mg dilanjutkan 100 mg, didapatkan tidak menimbulkan perbedaan farmakokinetik dan farmakodinamik.[1,2,5]
Pada pemberian bersama clopidogrel didapatkan pemanjangan bleeding time yang signifikan secara klinis. Bila tidak ada indikasi tertentu, pemberian bersamaan tidak direkomendasikan karena risiko peningkatan kejadian perdarahan dan anemia.[1,2,5]
Penggunaan Bersamaan Antikoagulan Lain
Penggunaan rivaroxaban bersamaan dengan sesama inhibitor Xa; antikoagulan oral seperti dabigatran, warfarin, dan apixaban; low molecular weight heparin seperti enoxaparin dan dalteparin; serta heparin dan derivatnya (fondaparinux) dapat meningkatkan risiko perdarahan.[1,2,4,5,11]