Pengawasan Klinis Rivaroxaban
Pengawasan klinis rivaroxaban diperlukan terkait efek samping perdarahan dan kemajuan terapi, seperti pemeriksaan fungsi ginjal dan darah lengkap diperlukan pada saat inisiasi obat dan minimal selama 1 tahun sekali.
Pemeriksaan fungsi hepar mungkin diperlukan secara berkala. Tanda-tanda efek samping perdarahan perlu disampaikan kepada pasien.[4]
Pemeriksaan konsentrasi obat di dalam plasma dan efek antikoagulan tidak rutin dilakukan karena belum ada bukti ilmiah yang menemukan manfaat pemantauan ini dalam meningkatkan prognosis.[2,3,15-17]
Karena therapeutic window yang cukup lebar, rivaroxaban dapat digunakan dengan dosis tetap tanpa pengawasan yang sering. Akan tetapi, pada beberapa kondisi tertentu, pengawasan klinis mungkin diperlukan. Beberapa kondisi tersebut antara lain:
Perioperatif atau rencana tindakan invasif, terutama bila pasien mengonsumsi obat dalam 24 jam terakhir
- Didapatkan adanya perdarahan atau kejadian trombosis berulang
- Pasien lansia dengan risiko perdarahan yang lebih besar
- Gangguan fungsi hepar atau ginjal dengan klirens kreatinin <30 ml/menit. Rivaroxaban harus dihentikan pada klirens kreatinin <15 ml/menit
- Memiliki berat badan yang ekstrim, berat badan terlalu rendah akan meningkatkan risiko perdarahan dan obesitas menurunkan efikasi
- Mengidentifikasi adanya efek terapi yang berlebih atau suboptimal terkait dengan interaksi obat[2,3,15-17]
Pemeriksaan Prothrombin Time (PT)
Pemeriksaan prothrombin time (PT) tidak dapat digunakan untuk monitoring maupun dasar penyesuaian dosis rivaroxaban. Pemeriksaan PT kurang sensitif dan tidak spesifik, serta dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti gangguan fungsi hati, penggunaan antikoagulan lain, dan defisiensi vitamin K.[2,15-17]
Pemeriksaan Activated Partial Thromboplastin Time (APTT)
Pemeriksaan APTT tidak dapat digunakan untuk mengevaluasi efikasi dari rivaroxaban karena hubungannya yang tidak linear. Pemeriksaan APTT kurang sensitif dan didapatkan hasil yang berbeda secara signifikan berdasarkan reagen yang digunakan.[16]
Dilute Russell’s viper venom time
Russell’s viper venom mengandung activator yang poten terhadap faktor X dan II. Pemeriksaan ini bermanfaat dalam menilai efek antikoagulan dari Xa dan inhibitor thrombin. Akan tetapi, pemeriksaan ini memiliki sensitivitas yang rendah dan belum ada validasi dan kalibrasi yang standar.[17]
Chromogenic anti-Xa assay
Chromogenic anti-Xa assay paling direkomendasikan untuk mengestimasi konsentrasi plasma dan efek antikoagulan dari rivaroxaban. Pemeriksaan ini mampu mengukur konsentrasi plasma secara kuantitatif hingga konsentrasi plasma terendah (20-660 µg/l). Oleh sebab itu, tidak didapatkannya aktivitas dari anti-Xa dapat mengeksklusi keberadaan dari rivaroxaban.[2,16,17]