Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Rivaroxaban
Penggunaan rivaroxaban pada kehamilan dan ibu menyusui tidak disarankan.
Penggunaan pada Kehamilan
FDA memasukkan rivaroxaban dalam kategori C. Artinya, studi pada binatang percobaan memperlihatkan adanya efek samping terhadap janin, namun belum ada studi terkontrol pada wanita hamil. Obat hanya boleh digunakan jika besarnya manfaat yang diharapkan melebihi besarnya risiko terhadap janin.[7]
TGA memasukkan rivaroxaban dalam kategori C. Artinya, obat ini diduga dapat menyebabkan efek samping terhadap fetus atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi. Efek ini kemungkinan reversibel. Penelitian lebih lanjut masih diperlukan.[8]
Penelitian in vitro dengan model perfusi plasenta menyimpulkan bahwa rivaroxaban dapat menembus plasenta pada manusia. Penggunaan rivaroxaban pada binatang (tikus dan kelinci) menyebabkan gangguan post-implantasi, gangguan osifikasi, gangguan fungsi liver, peningkatan insidensi malformasi, dan perubahan dari plasenta.[1,7]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Rivaroxaban terbukti diekskresikan dalam ASI. Hingga saat ini, belum ada studi yang menentukan efek rivaroxaban pada bayi yang disusui atau terhadap produksi dari ASI. Manfaat dari menyusui terhadap kesehatan janin perlu dipertimbangkan bila ibu memerlukan terapi rivaroxaban.[1]