Pengawasan Klinis Faktor VIII
Pengawasan klinis faktor VIII saat pertama kali pemberian adalah risiko terjadinya reaksi hipersensitivitas, terutama syok anafilaktik. Tanda reaksi anafilaktik yang dapat ditemukan antara lain perubahan warna kulit wajah, edema periorbita, dispnea, wheezing, timbul ruam kulit secara tiba-tiba, urtikaria, dan gatal pada kulit. Bila disertai dengan penurunan tekanan darah secara tiba-tiba dan nadi kolaps, maka ini adalah pertanda terjadinya syok anafilaksis.[3,18]
Pada pasien yang mendapat porcine AHF, setelah pemberian obat harus dilakukan pemeriksaan darah rutin untuk menyingkirkan kemungkinan terjadinya trombositopenia yang sering terjadi setelah pemberian porcine AHF.[3]
Pasien hemofilia A berat yang sedang menjalani terapi profilaksis sebaiknya dilakukan pemeriksaan plasma faktor VIII secara rutin, untuk menentukan apakah kadar faktor VIII yang diinginkan telah tercapai atau belum. Idealnya, dosis terapi profilaksis diharapkan dapat mempertahankan kadar faktor VIII di dalam tubuh pasien tetap diatas 1‒2 %.[3,14,20]
Pemeriksaan direct coomb test perlu dilakukan sebelum pemberian dosis faktor VIII dalam volume besar, atau pada pasien dengan golongan darah A, B, dan AB. Tujuan pemeriksaan adalah untuk mengurangi risiko terjadinya anemia hemolitik, akibat isoantibodi A dan B yang terdapat dalam produk faktor VIII yang berasal dari plasma manusia.[3,18]