Efek Samping dan Interaksi Obat Venlafaxine
Efek samping venlafaxine sediaan extended release yang ada di Indonesia mencakup anoreksia, astenia, konstipasi, penurunan fungsi seksual, pusing, mulut kering, dan sakit kepala. Interaksi obat dapat terjadi dengan monoamine oxidase inhibitors (MAOI). Sebagaimana obat serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI) lainnya, venlafaxine dapat menyebabkan sindrom serotonin jika diberikan dengan obat serotonergik.[7,10]
Efek Samping
Venlafaxine bisa menimbulkan efek samping antikolinergik, sedative, dan kardiovaskular, namun frekuensinya relative lebih jarang dibandingkan antidepresan golongan trisiklik. Obat ini juga bisa menimbulkan efek samping gangguan seksual.
Efek samping venlafaxine yang sering ditemukan adalah pusing, mual, insomnia, nyeri kepala, hipotensi, anoreksia, somnolen, xerostomia, pandangan mata kabur, asthenia, dan konstipasi.[1]
Reaksi Withdrawal
Reaksi withdrawal yang berat akan menunjukkan gejala seperti agitasi, anoreksia, kecemasan, kebingungan, gangguan koordinasi, diare, pusing, mulut kering, suasana hati disforik, fasikulasi, kelelahan, sakit kepala, hipomania, insomnia, mual, gugup, mimpi buruk, gangguan sensorik, somnolen, berkeringat, tremor, vertigo, dan muntah. Untuk mencegah efek ini, hindari penghentian terapi tiba-tiba.[7]
Efek Samping Neurologi
Efek samping neurologi dapat berupa ansietas dan insomnia.[7]
Peningkatan Kadar Kolesterol
Peningkatan kadar kolesterol telah dilaporkan pada terapi di atas 3 bulan. Peningkatan ini signifikan secara klinis.[7]
Penyakit Paru Intersisial dan Pneumonia Eosinofilik
Gejala dapat berupa dispnea progresif, batuk, atau rasa tidak nyaman di dada.[7]
Gangguan Kognitif
Venlafaxine dapat menyebabkan efek samping berupa gangguan konsentrasi dan koordinasi. Oleh sebab itu, peringatkan pasien agar tidak berkendara atau mengoperasikan alat berat.[7]
Interaksi Obat
Interaksi obat dapat terjadi dengan desipramine, imipramine, haloperidol, dan beberapa obat lainnya.[7]
Peningkatan Risiko Hipokalemia
Interaksi yang menyebabkan peningkatan risiko hipokalemia bisa terjadi dengan kortikosteroid, diuretik, dan xanthine seperti teofilin.[7,10]
Peningkatan Efek Vaskular
Peningkatan efek vaskular dapat terjadi pada penggunaan dengan MAOI seperti selegiline dan antidepresan trisiklik seperti amitriptyline.[7,10]
Peningkatan Risiko Bronkospasme
Peningkatan risiko bronkospasme terjadi jika venlafaxine digunakan bersama β-blockers seperti propranolol.[7,10]
Penurunan Konsentrasi Serum Obat Lain
Venlafaxine dapat menurunkan konsentrasi serum digoxin.[7,10]
Peningkatan Efek Sedasi
Venlafaxine juga sebaiknya digunakan secara berhati-berhati bila digunakan bersama dengan obat dengan efek sedatif lain seperti zolpidem, lorazepam, atau diphenhydramine.[1]
Peningkatan Risiko Sindrom Serotonin
Risiko sindrom serotonin meningkat jika venlafaxine digunakan dengan obat modulator serotonin lain seperti triptan, tramadol, serotonin and norepinephrine reuptake inhibitors (SNRI), selective serotonin reuptake inhibitors (SSRI), dan St John’s wort.[1,7,10]
Peningkatan Risiko Kardiovaskuler
Kombinasi dengan haloperidol meningkatkan risiko pemanjangan interval QT. Risiko perdarahan meningkat bila digunakan bersama dengan warfarin.[1]
Peningkatan Akumulasi Venlafaxine
Ritonavir, clarithromycin, atau ketoconazole bisa menghambat degradasi venlafaxine dan menyebabkan akumulasi obat ini.[1]