Farmakologi Droperidol
Secara farmakologi, droperidol adalah agen antipsikotik dengan mekanisme kerja utama sebagai antagonis reseptor dopamin D2 di sistem saraf pusat. Melalui inhibisi dopamin, droperidol menghasilkan efek antipsikotik dan sedatif yang signifikan. Selain itu, obat ini juga memiliki sifat antiemetik melalui mekanisme serupa.[1-4]
Farmakodinamik
Droperidol adalah agen antipsikotik dari kelompok butirofenon. Mekanisme kerja utamanya terkait dengan pengaruh terhadap sistem neurotransmitter dalam otak, khususnya dopamin.[2,3]
Antagonisme Reseptor Dopamin D2
Droperidol bekerja sebagai antagonis terhadap reseptor dopamin tipe D2 di sistem saraf pusat. Dengan menghambat aktivitas reseptor D2, droperidol mengurangi respons neuron terhadap dopamin, sehingga menghasilkan efek antipsikotik.[2,3,8]
Pengaruh pada Rute Dopaminergik
Sistem dopaminergik adalah sistem neurotransmitter di otak yang terlibat dalam pengaturan mood, motivasi, penghargaan, dan fungsi kognitif. Droperidol memodulasi aktivitas sistem ini dengan mengurangi aksi dopamin, terutama di daerah-daerah otak yang terlibat dalam pengaturan emosi dan persepsi.[2,3,8]
Efek Sedatif
Selain mengurangi respons terhadap dopamin, droperidol juga memiliki efek sedatif yang kuat. Hal ini karena obat ini memengaruhi jalur-jalur neurotransmitter lain, seperti sistem adrenergik dan histaminergik, yang terlibat dalam regulasi tingkat kesadaran dan arousal.[2,3,8]
Efek Antiemetik
Droperidol juga dikenal memiliki sifat antiemetik yang kuat. Ini berarti obat ini efektif dalam mengurangi mual dan muntah, terutama setelah pembedahan atau selama kemoterapi. Mekanisme pasti dari efek antiemetik droperidol belum sepenuhnya dipahami, tetapi kemungkinan melibatkan pengaruh terhadap sistem saraf otonom dan pusat muntah di otak.[2,3,8]
Potensi Efek Kardiovaskular
Perlu diingat bahwa penggunaan droperidol dapat mempengaruhi fungsi kardiovaskular. Obat ini dapat memperpanjang interval QT pada elektrokardiogram (EKG), yang merupakan faktor risiko untuk terjadinya aritmia jantung, termasuk torsades de pointes. Oleh karena itu, pemantauan EKG secara teratur penting selama pengobatan dengan droperidol.[2,3,8]
Farmakokinetik
Pada pemberian intravena dan intramuskuler, obat ini mempunyai profil yang mirip. Onset terapeutik tercapai dalam 3-10 menit dengan puncak efek terapeutik terjadi pada 30 menit. Durasi efek droperidol antara 2–4 jam. Obat ini mengalami metabolisme di hepar dan metabolit dieliminasi lewat urin.[3]
Absorpsi
Setelah diberikan melalui injeksi intramuskuler (IM) atau intravena (IV), droperidol mulai menunjukkan efek farmakologis dalam waktu 3-10 menit, namun puncak efek farmakologis mungkin tidak terlihat hingga 30 menit.
Efek sedatif dari droperidol umumnya bertahan selama 2-4 jam setelah pemberian satu dosis IM atau IV. Perubahan kesadaran mungkin dapat bertahan hingga 12 jam. Hal ini menunjukkan bahwa droperidol memiliki onset kerja yang cepat dan efek farmakologisnya dapat bertahan relatif lama setelah administrasi IM atau IV tunggal.[8]
Distribusi
Droperidol memiliki sifat lipofilik, yang memungkinkannya dengan mudah menembus jaringan tubuh dan sistem saraf pusat. Setelah diberikan melalui injeksi IM atau IV, droperidol segera masuk ke dalam aliran darah dan tersebar ke seluruh jaringan tubuh, termasuk otak, dengan cepat.[2,3,8]
Metabolisme
Droperidol mengalami metabolisme di hati. Bagian butirofenon dari droperidol diubah menjadi asam p-fluorofenilasetat, yang kemudian dikonjugasikan dengan glikin. Bagian nitrogenosa dari droperidol tampaknya mengalami metabolisme menjadi benzimidazolon dan p-hidroksipiperidin.[8]
Eliminasi
Secara umum, droperidol diekskresikan terutama melalui ginjal setelah mengalami metabolisme di hati. Meskipun mekanisme ekskresi droperidol tidak sepenuhnya terdokumentasikan, beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa metabolit utama droperidol, yaitu asam p-fluorofenilasetat, dapat diekskresikan dalam bentuk bebas atau terkonjugasi dalam urin.
Beberapa bagian lain dari droperidol, seperti benzimidazolon dan p-hidroksipiperidin yang merupakan hasil metabolisme dari bagian nitrogenosa, juga dapat ditemukan dalam urin.[2,3,8]