Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui Droperidol
Penggunaan droperidol pada kehamilan masuk dalam Kategori C. Pada ibu menyusui, tidak diketahui apakah obat ini dikeluarkan ke ASI.[6,9]
Penggunaan pada Kehamilan
Berdasarkan kategori FDA, penggunaan droperidol pada kehamilan masuk kategori C. Artinya, studi pada hewan mengonfirmasi adanya efek teratogenik, meskipun belum terdapat bukti serupa pada penelitian di manusia.[9]
Berdasarkan kategori TGA, penggunaan droperidol dalam kehamilan masuk kategori C. Artinya, obat yang karena efek farmakologisnya telah menyebabkan atau diduga menyebabkan efek berbahaya pada janin manusia atau neonatus tanpa menyebabkan malformasi, di mana kemungkinan bersifat reversibel.[10]
Pemberian droperidol melalui suntikan intravena pada hewan uji menunjukkan peningkatan sedikit dalam tingkat kematian anak tikus baru lahir pada dosis 4,4 kali lipat dari dosis manusia. Namun, pada dosis 44 kali lipat dari dosis manusia, tingkat kematian anak tikus baru lahir sama dengan kelompok kontrol.
Pemberian droperidol melalui suntikan intramuskuler juga menunjukkan peningkatan tingkat kematian anak pada dosis 1,8 kali lipat dari dosis manusia. Meskipun data ini memberikan gambaran awal, keamanan penggunaan droperidol selama kehamilan pada manusia masih memerlukan penelitian lebih lanjut.[12]
Penggunaan pada Ibu Menyusui
Informasi yang tersedia mengenai penggunaan droperidol dalam jangka panjang selama menyusui masih terbatas, sehingga obat alternatif mungkin lebih disukai, terutama saat menyusui neonatus atau bayi prematur.
Penggunaan droperidol dalam satu dosis atau secara singkat selama menyusui, misalnya selama operasi, kemungkinan tidak akan berdampak buruk pada bayi yang sedang disusui, terutama jika bayi berusia lebih dari 2 bulan. Namun, ketika dosis multiple diperlukan, maka dokter perlu memantau bayi terhadap kemungkinan efek sedasi, terutama pada bayi yang hanya mendapatkan ASI eksklusif dan pada penggunaan kombinasi dengan obat psikotropik.
Satu bayi yang disusui yang ibunya mengonsumsi droperidol menunjukkan penurunan perkembangan intelektual pada pengujian, tetapi ibunya juga mengonsumsi olanzapine, clonazepam, sertraline, thioridazine, dan asam valproat selama menyusui.
Peningkatan kadar prolaktin juga telah dilaporkan pada pasien yang mengonsumsi droperidol dalam jangka panjang dan setelah penggunaan singkat selama prosedur bedah.[8]