Efek Samping dan Interaksi Obat Vaksin COVID-19 Sinopharm
Efek samping vaksin sinopharm atau BBIBP-CorV kebanyakan bersifat lokal seperti nyeri pada tempat suntikan, sedangkan efek samping sistemik jarang terjadi. Vaksin sinopharm dilaporkan memiliki profil keamanan yang baik, dan belum ada data interaksi pemberian vaksin sinopharm dengan vaksin untuk penyakit lain.[1,5,6]
Efek Samping
Vaksin sinopharm bukan merupakan obat, tetapi produk biologi berasal dari virus yang dinonaktifkan. Penggunaannya bersifat memberikan perlindungan tubuh terhadap virus SARS Cov-2, penyebab COVID-19. Jika terdapat kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) maka harus dilaporkan ke Komnas KIPI.[5,9,19]
Efek samping yang paling sering terjadi adalah nyeri pada tempat suntikan (>1/10). Efek samping lokal lainnya adalah kemerahan, bengkak, gatal, dan indurasi pada tempat suntikan. Efek samping lainnya tersebut jarang terjadi (≥1/1.000 sampai <1/100).[5,9,19]
Efek samping sistemik yang paling sering terjadi adalah sakit kepala (>1/10). Efek samping lain yang cukup sering dilaporkan adalah demam, fatigue, mialgia, atralgia, batuk, dispnea, nausea, diare, dan pruritus (≥1/100 sampai <1/10). Sedangkan efek samping sistemik yang paling jarang adalah hilangnya rasa pengecap, parestesia, asma, iritasi tenggorokan, tonsilitis, dan nyeri leher.[5,9,19]
Syok anafilaksis tidak diketahui kejadiannya dan tidak dapat diperkirakan dari data yang tersedia.[5,9,19]
KIPI ringan atau koinsiden (tidak berhubungan dengan imunisasi) dari vaksin sinopharm misalnya nyeri pada tempat suntikan, demam, lemas, ngantuk, dan rasa lapar. Pemberian paracetamol, minum lebih banyak, atau kompres dingin pada tempat suntikan dapat dilakukan jika terjadi KIPI ringan.[5,9,19]
KIPI pada vaksinasi booster sinopharm dilaporkan lebih rendah dibandingkan dengan vaksin dosis primer. Informasi tersebut dapat mengurangi kekuatiran masyarakat terhadap penggunaan vaksin sinopharm sebagai booster.[17,18]
Interaksi Obat
Belum tersedia data yang cukup terkait interaksi vaksin sinopharm dengan vaksin penyakit lain. Pemberian dengan vaksin lain sebaiknya diberi jarak minimal 14 hari.[6]
Penggunaan agen imunosupresif, obat kemoterapi, obat antimetabolit, agen alkilasi, obat sitotoksik, dan kortikosteroid bersamaan dengan vaksin ini dapat mengurangi respon imun terhadap vaksin sinopharm. Sedangkan penggunaan bersama dengan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dilaporkan dapat meredam respon inflamasi dan juga produksi antibodi, sehingga pemberiannya sebelum pemberian vaksin tidak dianjurkan.[20-22]
Direvisi oleh: dr. Andrea Kaniasari