Edukasi dan Promosi Kesehatan Penyakit Jantung Rematik
Edukasi dan promosi kesehatan untuk mencegah penyakit jantung rematik yang paling utama adalah pencegahan primer, dengan menghindari faktor risiko yang dapat dimodifikasi.[21,29]
Edukasi Pasien
Pada pasien yang mengalami penyakit jantung rematik, disarankan untuk rutin kontrol ke pelayanan kesehatan untuk mendapat antibiotik profilaksis demam rematik akut, dan untuk memantau kondisi kesehatan jantung. Komplikasi mekanik kelainan katup pada penyakit jantung rematik dapat berkembang menjadi gagal jantung.
Adapun tanda dan gejala yang perlu dipantau antara lain sesak nafas saat beraktivitas, sesak nafas pada posisi tidur, dan palpitasi jantung. Jika terdapat perburukan gejala, maka harus dilakukan pemeriksaan diagnostik seperti ekokardiografi untuk menilai fungsi jantung dan keparahan stenosis maupun regurgitasi katup.
Setelah pemeriksaan ini dokter akan memberi pertimbangan intervensi untuk kelainan katup. Pada regurgitasi atau stenosis katup yang berat maka perbaikan atau penggantian katup diindikasikan, baik melalui pembedahan maupun transkateter.[25,26]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Lingkungan yang padat, sanitasi yang buruk, minimnya akses kesehatan menjadi faktor risiko penyakit demam rematik. Oleh karena itu, upaya pencegahan yang utama adalah menjaga higienitas diri dan lingkungan tempat tinggal. Prevensi penanganan demam rematik akut dan penyakit jantung rematik dibagi menjadi tiga, yaitu pencegahan primer, sekunder, dan tersier.[14]
Pencegahan Primer
Prevensi primer untuk penyakit jantung rematik adalah deteksi dini dan terapi faringitis yang disebabkan oleh Streptococcus grup A. Pemberian antibiotik pada infeksi Streptococcus grup A dapat menjadi tindakan preventif komplikasi dari demam rematik akut.[14,21,29]
Pencegahan Sekunder
Prevensi sekunder berupa pemberian antibiotik profilaksis pada penderita demam rematik akut, agar tidak terjadi infeksi berulang dan meminimalisir terjadinya progresifitas menjadi penyakit jantung rematik. Demam rematik akut yang tidak ditangani dengan baik akan berlanjut menjadi penyakit jantung rematik.[8,11]
Antibiotik lini pertama yang dapat digunakan adalah penicillin benzathine dengan dosis 450 mg (600.000 U) pada pasien dengan berat <30 kg, dan 900 mg (1.200.000 U) pada pasien ≥30 kg. Obat ini diberikan secara injeksi intramuskular setiap 28 hari. Obat lini kedua yang dapat digunakan adalah adalah penisilin V 250 mg pada pasien dengan berat badan <20 kg, dan 500 mg pada pasien ≥20 kg.[21,26,29]
Obat ini diberikan secara per oral dengan frekuensi 2‒3 kali/hari. Bila pasien alergi penisilin, pilihan obat yang dapat digunakan adalah antibiotik golongan makrolida, yaitu eritromisin. Dapat diberikan dosis 40 mg/kgBB/hari yang terbagi dalam 2‒3 dosis, maksimum orang dewasa 1 g/hari.[21,26,29]
Durasi pemberian profilaksis sekunder untuk penderita demam rematik adalah sebagai berikut:
- Demam rematik dengan karditis disertai penyakit katup persisten, diberikan profilaksis selama 10 tahun atau hingga pasien berusia 40 tahun, dipilih yang paling lama durasinya
- Demam rematik dengan karditis tanpa penyakit katup, diberikan selama 10 tahun atau hingga pasien berusia 21 tahun, dipilih yang paling lama durasinya
- Demam rematik tanpa karditis, diberikan selama 5 tahun atau hingga pasien berusia 21 tahun, dipilih yang paling lama durasinya[14,29]
Pencegahan Tersier
Prevensi tersier berupa penanganan kelainan katup yang terjadi sebagai sekuel dari demam rematik akut. Intervensi jantung untuk dilakukan valvuloplasti ataupun penggantian katup melalui pembedahan dapat menjadi pilihan untuk menghindari komplikasi jangka panjang akibat penyakit jantung rematik.[7,9]
Penulisan pertama oleh: dr. Debtia
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini