Penatalaksanaan Trikomoniasis
Penatalaksanaan trikomoniasis adalah pemberian terapi metronidazole oral, tidak berhubungan seksual untuk sementara waktu, serta melakukan skrining dan mengobati pasangan seksual. Tata laksana trikomoniasis dapat dilakukan pada setting rawat jalan.[2,4]
Terapi Utama Trikomoniasis
Terapi trikomoniasis bertujuan untuk menyembuhkan infeksi, meringankan gejala dan menurunkan transmisi. Trikomoniasis diterapi dengan obat oral golongan 5-nitroimidazole dengan pilihan utama metronidazole.
Metronidazole dapat diberikan 500 mg, dua kali sehari selama 7 hari, atau 2 gr sebagai dosis tunggal. Terapi dosis tunggal memiliki efektivitas yang sama dengan terapi selama 7 hari, serta memiliki keuntungan kepatuhan minum obat yang lebih baik, dosis total yang lebih rendah, dan efek samping minimal.
Terapi dosis tunggal lebih direkomendasikan untuk trikomoniasis pada pria, sedangkan terapi selama 1 minggu lebih direkomendasikan untuk terapi trikomoniasis pada wanita, terutama wanita dengan infeksi human immunodeficiency virus (HIV) .[1,2,4]
Jika metronidazole tidak tersedia/tidak memungkinkan untuk diberikan, dapat diberikan terapi alternatif lain yaitu tinidazole/secnidazole oral 2 gram dosis tunggal. Terapi alternatif dapat digunakan baik pada pria maupun wanita.[1,4]
Terapi Trikomoniasis pada Ibu Hamil dan Menyusui
Regimen terapi trikomoniasis yang direkomendasikan untuk ibu hamil yaitu metronidazole oral 500 mg, dua kali sehari selama 7 hari. Tinidazole dan secnidazole tidak direkomendasikan untuk ibu hamil. Pada ibu hamil dengan trikomoniasis asimtomatik, terapi dapat ditunda setelah minggu ke-37 kehamilan.[1,2]
Regimen terapi trikomoniasis yang direkomendasikan untuk ibu menyusui adalah metronidazole 400 mg, tiga kali sehari selama 7 hari.[2]
Kasus Resistensi dan Gagal Terapi
Nitroimidazole adalah satu-satunya kelas antimikroba yang diketahui efektif terhadap trikomoniasis sehingga resistensi nitroimidazole menjadi perhatian karena hanya sedikit alternatif terhadap terapi standar.
Meski demikian, resistensi terhadap obat sangat jarang terjadi dan umumnya dapat diatasi dengan meningkatkan dosis atau mengganti obat golongan nitroimidazole yang lain.
Resistensi metronidazole terjadi pada 4-10% kasus trikomoniasis, sedangkan resistensi tinidazole belum banyak diteliti namun tinidazole diketahui memiliki kepekaan obat (susceptibility test) yang lebih tinggi dibandingkan metronidazole.[2,4]
Kasus resistensi/gagal dengan regimen obat standar perlu dikonsulkan spesialis untuk penatalaksanaan lebih lanjut. Pemeriksaan resistensi obat perlu dilakukan pada pasien dengan infeksi persisten tanpa riwayat paparan ulang.
Jika diketahui adanya resistensi secara in vitro, pasien dapat diberikan metronidazole atau tinidazole oral 2 gram 1x sehari selama 7 hari. Jika terjadi kegagalan terapi dengan regimen tersebut, maka dapat diberikan 2 pilihan regimen terapi, yaitu:
- Tinidazole oral 2 gr, sekali sehari ditambah tinidazole intravagina 500 mg, dua kali sehari selama 14 hari, atau
- Tinidazole oral 1 gr, tiga kali sehari ditambah 6,25% paromomycin intravagina dengan dosis 4 gr selama 14 hari.[2,4]
Penatalaksanaan Reinfeksi
Reinfeksi terjadi akibat kegagalan terapi (resistensi antibiotik), kurangnya kepatuhan pasien, atau terinfeksi lagi dari pasangan seksual yang tidak diterapi. Pasien dengan reinfeksi trikomoniasis perlu dilakukan pemeriksaan ulang, yaitu dengan pemeriksaan kultur.
Nucleic acid amplification tests (NAATs) juga dapat dipilih sebagai metode pemeriksaan ulang kasus reinfeksi, tetapi harus dilakukan sebelum 3 minggu setelah selesai terapi karena kemungkinan deteksi asam nukleat residu yang sudah tidak relevan secara klinis setelah 3 minggu pasca terapi.[4]
Pada wanita yang telah selesai terapi metronidazole 500 mg dua kali sehari selama 7 hari kemudian terpapar infeksi lagi oleh pasangan seksual yang tidak diterapi, regimen terapi yang sama dapat diulang kembali. Namun jika tidak ada paparan reinfeksi, maka regimen terapi yang diberikan adalah metronidazole atau tinidazole 2 gram, sekali sehari selama 7 hari.[4]
Pada pria yang telah selesai terapi metronidazole 2 gram dosis tunggal, kemudian terpapar infeksi lagi oleh pasangan seksual yang tidak diterapi, maka regimen terapi yang sama dapat diulang kembali. Namun jika tidak ada paparan reinfeksi, maka regimen terapi yang diberikan adalah metronidazole 500 mg 2x sehari selama 7 hari.[4]
Follow Up
Karena tingginya resiko reinfeksi pada wanita yang telah mendapat terapi trikomoniasis, pemeriksaan konfirmasi kesembuhan direkomendasikan untuk dilakukan kurang lebih 3 bulan setelah terapi, terutama pada wanita yang aktif secara seksual.
Jika dalam 3 bulan pemeriksaan konfirmasi kesembuhan tidak dilakukan/tidak memungkinkan, maka pemeriksaan konfirmasi dapat dilakukan maksimal dalam 12 bulan setelah selesai terapi. Pemeriksaan konfirmasi kesembuhan yang direkomendasikan adalah NAATs. NAATs dapat dilakukan setelah 2 minggu pasca terapi.[1,2,4]