Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Lupus Eritematosus Sistemik general_alomedika 2023-07-04T15:36:45+07:00 2023-07-04T15:36:45+07:00
Lupus Eritematosus Sistemik
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Lupus Eritematosus Sistemik

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Patofisiologi lupus eritematosus sistemik (LES) atau systemic lupus eritematosus didasari oleh aktivitas autoimun, yakni keberadaan autoantibodi dan kompleks imun yang berikatan ke jaringan dan menyebabkan inflamasi multisistem. Penyebab spesifik lupus hingga saat ini belum diketahui, namun berbagai faktor seperti faktor genetik, sistem imun, hormonal serta lingkungan dianggap berhubungan dengan perkembangan penyakit ini.[4,7]

Antibodi Antinuklear (ANA)

Pada lupus, sistem imun bawaan maupun didapat memberikan respon imun yang tidak seharusnya kepada partikel sel tubuh. Salah satunya adalah pembentukan autoantibodi terhadap asam nukleat yang disebut antibodi antinuklear (ANA). Pada umumnya ANA dapat ditemukan pada populasi umum, namun tidak seluruh orang yang memiliki ANA mengalami lupus.

Selain ANA, terdapat dua autoantibodi yang spesifik ditemukan pada pasien lupus eritematosus sistemik dibandingkan dengan penyakit autoimun lain, yaitu antibodi anti-Smith (Sm) dan antibodi anti-double-stranded DNA (dsDNA).[4,7]

Autoantibodi Mengenali Self-Antigen

Autoantibodi mengenali self-antigen yang ada di permukaan sel yang apoptosis dan membentuk kompleks imun. Oleh karena proses pembersihan debris sel terganggu maka autoantigen, autoantibodi dan kompleks imun tersedia dalam waktu yang lama, memicu terjadinya proses inflamasi dan menyebabkan timbulnya gejala.

Aktivasi sel imun juga disertai dengan peningkatan sekresi interferon tipe 1 dan 2 (IFN), tumor necrosis factors α (TNF- α), interleukin (IL) 17, stimulator maturasi sel B, dan IL-10 yang seluruhnya mendukung reaksi inflamasi. Pada kondisi lupus eritematosus sistemik, juga terjadi penurunan produksi berbagai sitokin, seperti sel natural killer yang gagal memproduksi IL-2 dan transforming growth factor beta (TGF-β) yang berfungsi untuk meregulasi sel T CD4+ dan CD8+, akibatnya produksi autoantibodi dan kompleks imun tidak terkendali dan tetap berlanjut.

Autoantibodi dan kompleks ini kemudian berikatan dengan jaringan target, menyebabkan aktivasi sistem komplemen dan menyebabkan pelepasan sitokin, kemokin dan peptida vasoaktif, oksidan dan enzim proteolitik. Kondisi tersebut menyebabkan aktivasi sel endothelial, makrofag jaringan, sel mesangial, podosit yang ada di jaringan serta mengakibatkan sel B, sel T, sel dendritik dan makrofag mendatangi jaringan target tersebut dan menyebabkan terjadinya proses inflamasi.[4,7]

Aktivasi Sistem Imun Bawaan

Debris sel menjadi pemicu langsung aktivasi sistem imun bawaan. Asam nukleat yang berikatan kompleks imun menjadi stimulus yang potensial untuk aktivasi sel endosom. Dalam endosom, asam nukleat mengaktivasi TLR (khususnya TLR7 dan TLR9).

Selanjutnya kondisi ini memicu produksi IFN tipe I. Aktivasi TLR7 juga memicu produksi antibodi anti-Sm. IFN tipe I memiliki peran penting dalam disfungsi imun pada lupus eritematosus sistemik. Kondisi ini dibuktikan dengan ditemukannya ekspresi berbagai tipe IFN tipe I di sel darah perifer dan jaringan yang terkena pada pasien dengan LES. [4,7]

Aktivasi Sistem Imun Didapat

Pasien dengan lupus eritematosus sistemik mengalami gangguan fungsi sel T, berupa defisiensi pembentukan sinyal sel T, produksi sitokin, proliferasi serta pengaturan fungsi sel. Salah satu penyebab gangguan aktivasi sel T adalah akibat perubahan reseptor sel T. Perubahan ini mengakibatkan augmentasi sinyal kalsium intraselular dan hiperpolarisasi mitokondria sehingga membuat sel T lebih peka pada nekrosis.

Sel T dari pasien lupus juga mengekspresikan ligan CD40 aktif yang lebih lama dari pada sel T pada kontrol sehat, akibatnya ligan ini menstimulasi aktivasi dan diferensiasi sel B lebih lama. Populasi sel T helper folikular yang meningkat menyebabkan peningkatan sel B yang memproduksi autoantibodi, sedangkan sel T regulator mengalami penurunan dan sel T helper-17 mengalami peningkatan, akibatnya produksi IL-17 meningkat, dan produksi IL-2 menurun.

Padahal IL-2 penting dalam proses regulasi sel T. Selain gangguan pada regulasi sel T, juga terjadi gangguan regulasi sel B. Kondisi ini menyebabkan produksi autoantibodi, dan sitokin inflamasi serta perlambatan presentasi antigen ke sel T.[4,7]

Faktor Genetik

Terdapat lebih dari 100 lokus gen yang berhubungan dengan kerentanan seseorang mengalami lupus eritematosus sistemik. Beberapa di antaranya merupakan defisiensi gen tunggal yang mengkode komplemen C2, C4, C1q. Kekurangan C4 menyebabkan berkurangnya eliminasi sel B self-reactive, sedangkan kekurangan C1q menyebabkan gangguan pembersihan debris selular pasca apoptosis.

Polimorfisme nukleotida tunggal juga menjadi faktor yang dapat memicu terjadinya lupus, seperti yang ditemukan pada gen STAT4, PTPN22, CD3, PP2Ac, TNIP1, PRDM1, JAZF1, UHRF1BP1, dan IL10. Selain itu kelainan jumlah gen C4, FCGR3B dan TLR7 berhubungan dengan ekspresi penyakit.

Mutasi pada major histocompatibility complex (MHC) 8.1 haplotype termasuk alel HLA-B8, HLA-DR3 dan C4B yang mengatur diferensiasi sel B untuk memproduksi antibodi anti-dsDNA pada tahap awal aktivasi sistem imun juga ditemukan pada pasien dengan lupus. Selain itu kondisi ini juga dapat berhubungan dengan mutasi pada gen pengkode nuklease seperti TREX1, polimorfisme nukleotida yang mengkode protein yang memproduksi interferon tipe I, serta mutasi lain yang menyebabkan gangguan dalam pembentukan sitokin pengatur sinyal aktivasi reseptor antigen di permukaan sel T dan sel B.[4,7]

Faktor Lingkungan

Faktor lingkungan yang berperan dalam lupus eritematosus sistemik antara lain infeksi virus, beberapa obat-obatan, paparan sinar UV, dan merokok.

Infeksi Virus

Infeksi virus terutama Epstein-Barr Virus (EBV) dapat memicu timbulnya gejala lupus. Pada penderita lupus, respon sel T terhadap infeksi EBV tidak normal dan menyebabkan peningkatan sel mononuklear yang terinfeksi sekaligus meningkatkan jumlah DNA EBV dalam darah pasien. Kondisi ini menyebabkan aktivasi sistem imun didapat dan diferensiasi sel B serta produksi autoantibodi yang spesifik terhadap sekuens asam amino yang dimiliki oleh protein sel tubuh dan protein yang dihasilkan oleh EBV.

EBV juga mengkode RNA yang menginduksi aktivasi sistem imun melalui ekspresi IFN tipe I. Antibodi spesifik terhadap antigen nukleus EBV1 (EBNA1) juga dapat bereaksi silang dengan dsDNA karena kesamaan konformasi epitope sehingga infeksi EBV juga dapat memicu respon autoimun.

Paparan Sinar Ultraviolet

Paparan sinar ultraviolet (UV) memicu terjadinya kerusakan DNA sehingga mengubah ekspresi gen, menyebabkan fragmentasi asam nukleat serta memicu apoptosis atau kematian sel.

Obat-Obatan

Beberapa jenis obat menyebabkan metilasi DNA seperti hidralazin. Hidralazin menghambat jalur sinyal yang menyebabkan penurunan ekspresi DNA metiltransferase yang memediasi metilasi DNA. Terganggunya proses metilasi DNA menyebabkan gangguan ekspresi gen dan memediasi aktivasi sistem imun.

Merokok dan Menghirup Silika

Merokok dan menghirup silika memicu respon inflamasi di sel epitel dan mononuklear di paru. Kondisi ini menyebabkan modifikasi protein atau memicu proses inflamasi nonspesifik.[4,7]

Hormon dan Jenis Kelamin

Wanita usia reproduksi memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk mengalami lupus eritematosus sistemik. Beberapa faktor yang mendasari hal ini yaitu hormon estrogen yang terdapat pada perempuan dapat memodulasi aktivasi limfosit.

Selain itu pada penderita lupus terdapat peningkatan kadar serum prolaktin dibandingkan dengan kontrol. Kemungkinan timbulnya gejala diduga berkaitan dengan kadar prolaktin, namun mekanismenya belum dapat dijelaskan secara pasti.[4,7]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Della Puspita Sari

Referensi

4. Bartels CM, Garg S. Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Medscape. 2023.
7. Crow MK. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus: risks, mechanisms and therapeutic targets. Ann Rheum Dis. Published online February 15, 2023:ard-2022-223741. doi:10.1136/ard-2022-223741

Pendahuluan Lupus Eritematosus S...
Etiologi Lupus Eritematosus Sist...
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 02 Juni 2024, 00:17
Gatal disertai kemerahan pada wajah dan leher
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter.Saya memiliki pasien perempuan, usia 15thn dengan keluhan gatal disertai kemerahan pada wajah dan leher yg sdh dialami >1bln. Untuk daerah wajah...
Anonymous
Dibalas 21 Februari 2024, 10:33
Ruam kemerahan di tangan dan badan setelah mandi atau berkeringat
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, izin bertanya,Saya mendapat px mengeluh muncul bercak kemerahan spt di gambar setelah mandi/setelah berkeringat. Pasien mengatakan beberapa saat...
dr. Nabilah salsabila
Dibalas 30 November 2023, 19:25
Bengkak pada kedua sendi pergelangan kaki dan tangan
Oleh: dr. Nabilah salsabila
5 Balasan
Alo dokter. Izin diskusi dok. Pasien laki-laki, usia 20 tahun, dengan keluhan bengkak pada kedua sendi pergelangan kaki dan sendi MCP, PIP kanan dan kiri...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.