Patofisiologi Pollen Allergy
Patofisiologi alergi serbuk sari atau pollen allergy dapat dijelaskan lewat reaksi hipersensitivitas tipe 1 yang terjadi akibat kontak pollen, sebagai alergen, dengan jaringan mukosa nasal dan konjungtiva. Sensitisasi alergen ke antigen presenting cells (APC) di permukaan mukosa, akan menghasilkan beberapa peptida yang akan berikatan dengan molekul major histocompatibility complex (MHC) class II.[4,5]
Terikatnya peptida dengan molekul MHC class II molekul akan menyebabkan diferensiasi sel T naive menjadi T helper 2 (Th2). Sel T yang teraktivasi akan menginduksi sel B menghasilkan sitokin yang menghasilkan IgE spesifik dan proliferasi eosinofil, sel mast, dan neutrofil. Proses ini kemudian berlanjut menjadi 2 fase, yaitu respon awal (early response) dan respon lanjutan (late response/delayed type).[5]
Respon Awal
Respon awal (early response) terjadi ketika IgE berikatan dengan reseptornya yang berada di permukaan sel mast dan basofil, dan mengaktivasi sel-sel ini. Aktivasi sel mast menstimulasi degranulasi sel mast, sehingga melepaskan mediator proinflamasi, seperti histamin, prostaglandin, dan leukotrien.[5-7]
Pelepasan mediator inflamasi ini menyebabkan timbulnya gejala pada respon awal alergi, yaitu bersin dan hidung berair. Gejala muncul dalam 30 menit kemudian menghilang.[5,6]
Pada mata, respon awal akibat aktivasi sel mast menyebabkan peningkatan kadar histamin, triptase, prostaglandin, dan leukotrien di air mata. Respon yang muncul yaitu keluhan mata gatal dan berair. Respon awal pada muncul selama 20 sampai 30 menit.[7]
Respon Lanjutan
Respon lanjutan (late response/ delayed type) terjadi setelah paparan kedua terhadap antigen. Respon ini mengakibatkan adanya pergerakan kemotaksis sel eosinofil yang distimulasi oleh produksi mediator inflamasi pada respon awal (early response).[5,6]
Sel-sel proinflamasi seperti eosinofil, sel mast, dan sel T bermigrasi ke membran mukosa nasal, dan melakukan remodelling jaringan mukosa nasal. Proses remodelling ini menyebabkan munculnya gejala pada fase reaksi lambat yaitu hidung tersumbat. Gejala ini muncul selama 6 jam setelah paparan alergi kemudian perlahan menghilang.[5,6]
Selain pada mukosa nasal, respon lanjutan juga dapat terjadi di mata. Interaksi antara kompleks antigen MHC-II dan sel T memori menstimulasi proliferasi sel T, pada proses ini proliferasi sel T memori menyebabkan terjadinya pelepasan sitokin, chemokines, dan molekul adhesi. Respon lanjutan ini terjadi karena adanya keterlibatan se-sel proinflamasi di mukosa konjungtiva.[5-7]