Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Sindrom Sjogren general_alomedika 2023-11-13T10:01:17+07:00 2023-11-13T10:01:17+07:00
Sindrom Sjogren
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Sindrom Sjogren

Oleh :
dr. Reren Ramanda
Share To Social Media:

Diagnosis sindrom Sjogren dibuat berdasarkan gejala xerophthalmia dan xerostomia yang menetap setiap hari selama setidaknya 3 bulan, dikonfirmasi dengan bukti autoimunitas pada pemeriksaan serologi dan histopatologi, serta setelah penyebab mata dan mulut kering lain telah disingkirkan. Tidak ada pemeriksaan diagnostik spesifik untuk diagnosis sindrom Sjogren.

Manifestasi ekstraglandular dapat berupa kulit kering, kelelahan, gangguan muskuloskeletal, dan ruam. Kriteria diagnostik sindrom Sjogren yang banyak digunakan adalah kriteria tahun 2016 oleh American College of Rheumatology dan European League Against Rheumatism (ACR/EULAR).[4,23]

Anamnesis

Gejala glandular pada sindrom Sjogren umumnya berfokus pada kelenjar lakrimal dan liur, sehingga keluhan pasien akan berupa mata kering (xerophthalmia) dan mulut kering (xerostomia). Gejala umum yang dapat menyertai antara lain demam, kelelahan, dan nyeri yang tersebar luas.[4,15]

Pasien dengan keluhan mata kering dapat menyampaikan keluhannya sebagai mata yang terasa berpasir, gatal, ataupun nyeri, dengan gejala yang memberat pada siang hari. Pasien juga dapat mengeluhkan mata belekan saat bangun tidur hingga kesulitan membuka mata.[15]

Pasien dengan keluhan mulut kering dapat datang dengan karies dan stomatitis rekuren. Mulut dan esofagus yang kering dapat menyebabkan pasien mengalami kesulitan menelan.

Pasien juga bisa datang dengan keluhan kulit yang terasa sangat kering dan gatal. Pasien juga dapat datang dengan keluhan dispareunia akibat mukosa vagina kering. Pada pasien juga perlu ditanyakan mengenai ada tidaknya riwayat menderita parotitis rekuren, terutama yang terjadi bilateral.[15,16]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada pasien sindrom Sjogren akan memperlihatkan kelainan dari manifestasi akibat gangguan fungsi kelenjar eksokrin. Pada pasien dewasa, gambaran pemeriksaan fisik yang paling sering ditemui adalah xerophthalmia dan xerostomia. Sedangkan pada anak, lebih umum ditemukan pembengkakan kelenjar parotis bilateral sebagai tanda awal manifestasi klinis sindrom sjogren.[15]

Gangguan Kelenjar Lakrimal

Xerophthalmia. Dari pemeriksaan dengan slit lamp akan tampak konjungtiva kemerahan, terkeratinisasi dengan chalasis dan pungtata atau keratitis filamentosa.

Gangguan Kelenjar Saliva

Xerostomia. Membran mukosa oral akan tampak kering dan bisa tampak fisura pada sudut mulut. Pasien sindrom Sjogren juga sering mengalami karies dan kandidiasis.

Gangguan Kelenjar Eksokrin

Gambaran xerotic skin, mukosa nasal tampak kering, mukosa vagina tampak kering.

Gangguan Sistemik Ekstraglandular

Pada pasien dapat ditemukan hepatomegali, fenomena Raynaud, dan purpura.

Limfoma

Pada pasien sindrom Sjogren dengan komplikasi limfoma, dari pemeriksaan fisik akan tampak pembesaran kelenjar saliva, palpable purpura, limfadenopati servikal, dan splenomegali.[3,4,17,18]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding sindrom Sjogren mencakup berbagai kondisi atau obat-obatan yang dapat memberikan manifestasi gejala seperti sindrom Sjogren. Diagnosis banding dapat mencakup penggunaan antikolinergik, infeksi virus tertentu, dan gangguan endokrin.

Obat-Obatan

Obat-obatan tertentu dapat menyebabkan terjadinya penurunan sekresi kelenjar eksokrin khususnya kelenjar saliva dan lakrimal. Obat ini mencakup golongan antikolinergik seperti ipratropium dan scopolamine; antihistamin seperti fexofenadine dan loratadine; antidepresan trisiklik seperti amitriptyline; dan diuretik seperti furosemide.[11]

Infeksi Virus

Infeksi virus seperti infeksi virus hepatitis C (HCV), human immunodeficiency virus (HIV), dan cytomegalovirus (CMV) juga dapat menyebabkan pembengkakan kelenjar saliva dan keluhan mulut kering. Infeksi dari virus-virus ini juga menyebabkan demam dan rasa kelelahan yang juga ditemukan pada sindrom Sjogren. Pemeriksaan serologi dapat membedakan keduanya.[3]

Gangguan Endokrin

Gangguan endokrin seperti diabetes mellitus, hipotiroid, dan hipertiroid dapat menyebabkan keluhan xerostomia yang mirip dengan sindrom Sjogren. Pemeriksaan gula darah dan profil tiroid dapat membedakan gangguan endokrin tersebut dari sindrom Sjogren.[19]

Tumor Kelenjar Saliva

Tumor kelenjar saliva dapat menyebabkan pembengkakan pada sekitar leher yang menyerupai pembengkakan parotis pada sindrom Sjogren. Kedua penyakit ini dapat dibedakan berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang seperti histopatologi.[20]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang untuk mendiagnosis sindrom Sjogren terutama bertujuan untuk menilai derajat kekeringan akibat disfungsi kelenjar eksokrin. Penegakan diagnosis sindrom Sjogren dengan metode skor ACR/EULAR 2016 membutuhkan setidaknya beberapa metode pemeriksaan penunjang yang positif.[4,6]

Pemeriksaan Okular

Pemeriksaan penunjang untuk memeriksa kondisi mata kering antara lain adalah pemeriksaan uji Schirmer dan break up time (BUT) yang berfungsi untuk memeriksa produksi dan fungsi kelenjar lakrimal. Pemeriksaan tambahan dengan teknik pewarnaan okular bermanfaat untuk menentukan derajat destruksi pada konjungtiva dan permukaan kornea yang kering.[4]

Uji Schirmer dilakukan dengan menginsersi strip kertas pada kelopak mata inferior selama 5 menit. Kertas selanjutnya diambil kembali dan diukur panjang bagian kertas yang basah oleh produksi air mata pasien. Hasil pemeriksaan mengindikasikan diagnosis sindrom Sjogren bila panjang sisi kertas yang basah hanya sekitar 5 mm atau kurang dalam kurun pemeriksaan 5 menit.

Pemeriksaan break-up time (BUT) dilakukan untuk memeriksa stabilitas film air mata. Pemeriksaan dilakukan dengan mengukur waktu sebelum munculnya titik kering pertama pada film air mata yang terfluoresensi pada permukaan kornea dengan alat slit lamp.

Pemeriksaan pewarnaan kornea yang umum dilakukan adalah metode skor Van Bijsterveld dan skor pewarnaan okular (OSS). Metode Van Bijsterveld dilakukan dengan mengukur intensitas pewarnaan hijau lissamine secara kualitatif pada zona temporal dan konjungtiva nasal dan di kornea. Pada ketiga zona tersebut diberikan nilai dengan rentang antara 0 hingga 3, dengan nilai maksimum total ketiga zona adalah 9. Skor 4 atau lebih mengindikasikan diagnosis sindrom Sjogren.[21]

Pemeriksaan Saliva

Pemeriksaan saliva dilakukan dengan pengukuran jumlah seluruh air liur yang diproduksi pada suatu waktu tertentu yang umumnya dilakukan tanpa stimulasi. Nilai fisiologis normal air liur yang diproduksi adalah 0,3–0,4 mL/menit. Hasil pemeriksaan saliva total dikatakan abnormal apabila kadar air liur hanya berada di rentang 0,1 mL/menit atau kurang.[4,21]

Fungsi kelenjar saliva juga dapat diperiksa dengan teknik dynamic salivary scintigraphy. Untuk mengevaluasi perubahan anatomi kelenjar saliva dapat dilakukan pemeriksaan ultrasonografi, dimana ditemukan area hypoechogenic sebagai penanda spesifik sindrom Sjogren di kelenjar saliva.[4]

Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi yang dilakukan sebagai alat diagnostik dan observasi perkembangan penyakit sindrom Sjogren adalah teknik minor salivary glands biopsy (MSGB). MSGB dilakukan di bagian tengah dari sisi lateral bibir bawah. Namun saat ini tindakan MSGB masih terhalang oleh keterbatasan teknik yang tergolong invasif dan risiko komplikasi.[4,21]

Gambaran histopatologi yang mengindikasikan pada sindrom Sjogren adalah gambaran infiltrat limfositik fokal periduktal terlokalisasi pada jaringan kelenjar eksokrin bersama unit acinar yang intak. Infiltrat terutama didominasi oleh sel CD4+ T, CD8+ T, sel CD19+ B, sel plasma, dan sel dendritik. Nilai minimum sel monosit 50/4 mm² yang disebut dengan istilah focus score (FS) 1 mengindikasikan diagnosis sindrom Sjogren.[11]

Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi yang bermanfaat pada diagnosis sindrom Sjogren adalah pemeriksaan antibodi anti-SSA/Ro dan SSB/La. Pemeriksaan immunofluoresensi untuk antinuclear antibodies (ANA), rheumatoid factors, dan polyclonal hypergammaglobulinemia juga bermanfaat sebagai penunjang diagnosis sindrom Sjogren dan penanda peningkatan aktivitas sel B. Sekitar 83% pasien sindrom Sjogren memiliki hasil positif pada pemeriksaan ANA dan 60–75% pasien memiliki hasil positif pada pemeriksaan rheumatoid factors.[4,11]

Kriteria Diagnostik

Sindrom Sjogren dapat ditegakkan berdasarkan kriteria ACR/EULAR 2016.

Kriteria diagnostik tertera pada Tabel 1. Kriteria ini tidak dapat digunakan bila pasien memiliki riwayat radiasi kepala dan leher, infeksi hepatitis C aktif (dengan pemeriksaan PCR), HIV, adanya limfoma, dan sarkoidosis. Diagnosis ditegakkan bila skor lebih dari 4.[2,4]

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Sindrom Sjogren berdasarkan Kriteria ACR/EULAR 2016

Kriteria Skor
Histopatologi pada biopsi kelenjar ludah minor sialadenitis fokal limfositik dengan skor fokus ≥1; satu fokus didefinisikan sebagai ≥50 limfosit per 4 mm2 dari jaringan kelenjar dibandingkan dengan normal mucous acini 3
Hasil positif pada pemeriksaan antibodi anti-SSA/Ro 3
Skor pengecatan okular (OSS) ≥ 5 (atau skor van Bijsterveld ≥ 4) 1
Uji Schirmer ≤ 5 mm/5 menit pada sekurang-kurangnya satu mata 1
Laju aliran air liur tanpa stimulasi ≤ 0,1 mL/menit 1

Sumber: dr. Reren, Alomedika, 2021.[2,4]

Referensi

2. Del Papa N, Vitali C. Management of primary Sjögren's syndrome: recent developments and new classification criteria. Ther Adv Musculoskelet Dis. 2018;10(2):39-54. doi:10.1177/1759720X17746319
3. Mavragani CP, Moutsopoulos HM. Sjögren syndrome. CMAJ. 2014;186(15):E579-E586. doi:10.1503/cmaj.122037
4. Vitali C, Minniti A, Pignataro F, Maglione W, Del Papa N. Management of Sjögren's Syndrome: Present Issues and Future Perspectives. Front Med (Lausanne). 2021;8:676885. Published 2021 Jun 7. doi:10.3389/fmed.2021.676885
6. Both T, Dalm VA, van Hagen PM, van Daele PL. Reviewing primary Sjögren's syndrome: beyond the dryness - From pathophysiology to diagnosis and treatment. Int J Med Sci. 2017;14(3):191-200. Published 2017 Feb 23. doi:10.7150/ijms.17718
11. Stefanski AL, Tomiak C, Pleyer U, Dietrich T, Burmester GR, Dörner T. The Diagnosis and Treatment of Sjögren's Syndrome. Dtsch Arztebl Int. 2017;114(20):354-361. doi:10.3238/arztebl.2017.0354
12. Maciel G, Crowson CS, Matteson EL, Cornec D. Prevalence of Primary Sjögren's Syndrome in a US Population-Based Cohort. Arthritis Care Res (Hoboken). 2017;69(10):1612-1616. doi:10.1002/acr.23173
13. Bolstad AI, Skarstein K. Epidemiology of Sjögren's Syndrome-from an Oral Perspective. Curr Oral Health Rep. 2016;3(4):328-336. doi:10.1007/s40496-016-0112-0
14. Maciel G, Crowson CS, Matteson EL, Cornec D. Incidence and Mortality of Physician-Diagnosed Primary Sjögren Syndrome: Time Trends Over a 40-Year Period in a Population-Based US Cohort. Mayo Clin Proc. 2017;92(5):734-743. doi:10.1016/j.mayocp.2017.01.020
15. Ranatunga SK. Sjogren Syndrome. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/332125-clinical
16. Both T, Dalm VA, van Hagen PM, van Daele PL. Reviewing primary Sjögren's syndrome: beyond the dryness - From pathophysiology to diagnosis and treatment. Int J Med Sci. 2017;14(3):191-200. Published 2017 Feb 23. doi:10.7150/ijms.17718
17. Vitali C, Palombi G, Cataleta P. Treating Sjögren's Syndrome: Insights for the Clinician. Ther Adv Musculoskelet Dis. 2010;2(3):155-166. doi:10.1177/1759720X10363246
18. Roszkowska AM, Oliverio GW, Aragona E, et al. Ophthalmologic Manifestations of Primary Sjögren's Syndrome. Genes (Basel). 2021;12(3):365. Published 2021 Mar 4. doi:10.3390/genes12030365
19. López-Pintor RM, Casañas E, González-Serrano J, et al. Xerostomia, Hyposalivation, and Salivary Flow in Diabetes Patients. J Diabetes Res. 2016;2016:4372852. doi:10.1155/2016/4372852
20. Eliason MJ. Benign Tumors of Major Salivary Glands. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/194357-overview
21. Del Papa N, Minniti A, Maglione W, Pignataro F, Caporali R, Vitali C. Instruments for Outcome Evaluation of Specific Domains in Primary Sjögren's Syndrome. Biomolecules. 2021;11(7):953. Published 2021 Jun 28. doi:10.3390/biom11070953

Epidemiologi Sindrom Sjogren
Penatalaksanaan Sindrom Sjogren
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.