Prognosis Sindrom Sjogren
Prognosis sindrom Sjogren umumnya baik, terutama bila komplikasi berat dapat dideteksi sejak dini. Komplikasi sindrom Sjogren terbagi dua yaitu infiltrasi periepitelial dan komplikasi ekstraglandular. Mortalitas sindrom Sjogren secara umum sama dengan populasi umum, namun risiko akan meningkat pada pasien yang mengalami komplikasi berat seperti limfoma non-Hodgkin.
Komplikasi
Komplikasi sindrom Sjogren dapat dibagi menjadi dua, yaitu komplikasi infiltrasi periepitelial dan komplikasi ekstraglandular. Komplikasi infiltrasi periepitelial antara lain nefritis interstitial, gangguan hepar, dan bronkiolitis. Sementara itu, komplikasi ekstraglandular sangat berkaitan dengan hiperreaktivitas sel B, hypergammaglobulinemia, dan pembentukan formasi kompleks imun.[15]
Manifestasi klinis komplikasi ekstraglandular antara lain berupa palpable purpura, glomerulonefritis, dan neuropati perifer. Manifestasi ekstraglandular juga dapat meningkatkan risiko transformasi keganasan dengan pembentukan limfoma. Risiko kejadian limfoma non-Hodgkin pada pasien sindrom Sjogren meningkat hingga 6 kali lipat dibanding populasi normal.[9,15,18]
Prognosis
Prognosis pasien sindrom Sjogren bergantung pada perkembangan manifestasi sistemik penyakit. Bila dibandingkan dengan populasi umum, pasien dengan sindrom Sjogren memiliki peningkatan angka mortalitas yaitu 2,86. Penyebab utama mortalitas pada pasien sindrom Sjogren terutama adalah pembentukan limfoma dan selanjutnya diikuti oleh vaskulitis, gagal ginjal sebagai komplikasi glomerulonefritis, dan infeksi setelah pemberian terapi imunosupresan.[6]
Akan tetapi, bila diagnosis limfoma dapat ditegakkan lebih dini, prognosis pasien sindrom Sjogren umumnya lebih baik dalam rentang 15 tahun dengan angka harapan hidup hingga 80%. Morbiditas yang umum dikeluhkan oleh pasien sindrom Sjogren adalah kelelahan berlebihan, nyeri hebat. dan gangguan kualitas hidup akibat manifestasi sistemik.[6,22]