Etiologi Sindrom Sjogren
Etiologi sindrom Sjogren primer adalah hiperaktivasi sel B yang menginfiltrasi kelenjar eksokrin. Sementara itu, sindrom Sjogren sekunder terjadi akibat reaksi autoimun yang mempengaruhi kelenjar eksokrin yang disertai dengan penyakit autoimun lain. Faktor risiko yang berperan dalam terjadinya sindrom Sjogren juga dibagi dua, yaitu faktor risiko genetik dan non genetik.
Etiologi
Etiologi sindrom Sjogren dibagi berdasarkan jenis sindrom Sjogren yang diderita. Pada sindrom Sjogren primer, etiologi sindrom Sjogren disebabkan oleh reaksi autoimun berupa infiltrasi sel limfosit pada kelenjar eksokrin dengan gejala utama berupa xerophthalmia (mata kering) dan xerostomia (mulut kering), yang umum dikenal dengan istilah sicca syndrome.
Pada sindrom Sjogren sekunder, terjadi reaksi autoimun yang mirip dengan sindrom Sjogren primer, namun pada kasus ini pasien juga menderita penyakit autoimun lain, utamanya reumathoid arthritis dan lupus eritematosus sistemik.[1,3]
Faktor Risiko
Faktor risiko sindrom Sjogren primer dapat dibagi menjadi faktor risiko genetik dan nongenetik.
Faktor Risiko Genetik
Faktor risiko genetik meningkatnya kejadian sindrom Sjogren adalah pada individu karier gen Human Leukocyte Antigen (HLA) HLA-DR dan DQ. Orang dengan gen tersebut memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sindrom Sjogren dalam hidupnya. Frekuensi pasien sindrom Sjogren primer dengan HLA-DR52 diperkirakan mencapai 87%.[8]
Faktor Risiko Nongenetik
Faktor risiko nongenetik sindrom Sjogren antara lain adalah infeksi, contohnya infeksi virus hepatitis C (HCV), human immunodeficiency virus (HIV), dan cytomegalovirus (CMV). Diperkirakan kerusakan dan kematian sel akibat infeksi virus memicu reaksi antigen dan Toll like receptor yang terdapat pada sel dendritik dan epitel.
Faktor non genetik lainnya adalah faktor hormonal. Faktor hormonal yang berperan terutama adalah kondisi defisiensi estrogen. Defisiensi estrogen telah dikaitkan sebagai penyebab utama tingginya prevalensi penderita sindrom Sjogren berjenis kelamin perempuan dibanding laki-laki.[1]