Pendahuluan Priapismus
Priapismus merupakan ereksi penis berkepanjangan tanpa disertai stimulasi seksual. Kondisi ini dapat terjadi pada laki-laki dari segala kelompok usia termasuk bayi, tetapi biasanya paling sering terjadi pada anak berusia 5–10 tahun dan laki-laki dewasa berusia 20–50 tahun.[1-3]
Etiologi priapismus dapat bersifat idiopatik maupun bersifat sekunder akibat penyakit atau obat tertentu. Selain itu, etiologi priapismus juga dapat dibedakan menjadi etiologi iskemik (bila terjadi gangguan outflow vena) dan noniskemik (bila terjadi inflow arteri yang tidak terkontrol). Contoh etiologi iskemik adalah sickle cell anemia, thalassemia, emboli lemak, keganasan, atau penggunaan obat tertentu, sedangkan contoh etiologi noniskemik yang paling lazim adalah trauma.[2]
Diagnosis priapismus dapat dilakukan secara klinis dengan menanyakan durasi ereksi, ada tidaknya stimulasi seksual, ada tidaknya nyeri, dan trauma. Selain itu, pemeriksaan penunjang untuk menentukan jenis priapismus yang dialami (iskemik atau noniskemik) dan untuk mencari etiologi priapismus juga dapat dilakukan. Contoh pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan gas darah penis, pemeriksaan darah lengkap, toksikologi urine, dan ultrasonografi Doppler dupleks penis.[2]
Penatalaksanaan akan berbeda antara priapismus iskemik dan noniskemik. Pada priapismus iskemik, biasanya aspirasi dan injeksi agen simpatomimetik (phenylephrine) intrakavernosa dilakukan terlebih dahulu untuk mengurangi ereksi. Apabila tidak berhasil, maka dilakukan tindakan bedah untuk memodifikasi aliran darah atau melakukan drainase darah. Pada priapismus noniskemik, terapi berfokus pada penemuan dan obliterasi fistula yang menyebabkan inflow arteri tidak terkendali.[4]