Etiologi Priapismus
Dari sisi etiologi, priapismus dapat terjadi secara idiopatik atau terjadi secara sekunder akibat penyakit atau obat tertentu. Selain itu, etiologi priapismus juga dapat dibedakan menjadi etiologi iskemik (low-flow) dan etiologi noniskemik (high-flow).
Etiologi iskemik biasanya berupa kondisi yang mengganggu aliran darah vena yang seharusnya meninggalkan penis, sehingga terjadi pembesaran korpus kavernosus terus menerus. Hal ini akan menekan jaringan di sekitarnya dan menyebabkan iskemia. Sementara itu, etiologi noniskemik biasanya berupa kondisi yang menyebabkan aliran darah masuk ke arteri penis secara berlebihan, misalnya fistula setelah trauma.[2,6]
Priapismus Iskemik
Etiologi priapismus iskemik dapat bersifat idiopatik ataupun sekunder terhadap kondisi lain. Contoh kondisi yang menyebabkan priapismus iskemik adalah tromboemboli atau hiperkoagulabilitas akibat sickle cell anemia, thalassemia, vaskulitis, dan emboli lemak.
Priapismus iskemik juga dapat disebabkan oleh gangguan neurologis seperti stenosis korda spinalis, kompresi kauda ekuina, dan neuropati otonom. Keganasan juga dapat menjadi penyebab priapismus iskemik, misalnya kanker prostat, kanker kandung kemih, dan leukemia
Konsumsi obat tertentu seperti antihipertensi (penghambat kanal kalsium, antagonis alfa, dan vasodilator), agen intrakavernosa (papaverin dan prostaglandin), psikotropika (trazodone, fenotiazine, dan selective serotonin reuptake inhibitors), antikoagulan (heparin dan warfarin), dan obat rekreasional seperti kokain juga dapat menyebabkan priapismus iskemik.[6]
Priapismus Noniskemik
Priapismus noniskemik biasanya disebabkan oleh trauma yang menyebabkan cedera arteri kavernosus dan terbentuknya fistula de novo. Cedera dapat terjadi karena trauma genitourinaria saat intervensi bedah atau karena straddle injury. Injeksi intrakavernosa juga dapat menyebabkan cedera arteri kavernosus.[2]
Faktor Risiko
Faktor risiko priapismus adalah penyalahgunaan alkohol atau obat tertentu, kelainan hematologi (thalassemia, penyakit sickle cell, dan thrombophilia), trombosis akibat asplenia atau penggunaan eritropoietin, trauma penis, leukemia, metastasis kanker, dan injeksi intrakavernosa untuk mengatasi disfungsi ereksi.
Penyakit sickle cell merupakan salah satu faktor risiko priapismus yang terutama. Beberapa sumber menyatakan bahwa penyakit ini berkaitan dengan 11–42% kasus priapismus, sedangkan beberapa sumber lain melaporkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan 40–80% kasus priapismus orang dewasa.[1,3,5,7]