Epidemiologi Priapismus
Menurut data epidemiologi, insiden priapismus secara internasional adalah sekitar 1,5 kasus per 100.000 orang. Angka ini dilaporkan meningkat pada laki-laki berusia lebih dari 40 tahun, yakni menjadi 2,9 kasus per 100.000 orang. Sebagian besar priapismus terjadi akibat penyakit sickle cell dan penggunaan obat disfungsi ereksi.[5,6]
Global
Di Amerika Serikat, insiden priapismus adalah sekitar 5,34 per 100.000 laki-laki. Kasus priapismus di negara barat seperti Amerika Serikat dilaporkan sering terjadi karena penggunaan obat untuk mengatasi disfungsi ereksi. Sekitar 0,05–6% orang yang menggunakan obat disfungsi ereksi mengalami priapismus.
Pada populasi yang lain, penyakit sickle cell dilaporkan paling banyak menyebabkan priapismus. Ada studi yang melaporkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan 11–42% kasus priapismus, sedangkan ada literatur lain yang melaporkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan 40–80% kasus priapismus orang dewasa. Sekitar ⅔ pasien pediatrik yang mengalami priapismus juga mengalami penyakit sickle cell.
Priapismus tidak memiliki predileksi khusus terhadap ras tertentu, tetapi penyakit sickle cell lebih sering terjadi pada laki-laki ras Afrika-Amerika. Puncak usia terjadinya priapismus adalah 7–10 tahun dan 20–50 tahun. Populasi yang lebih muda cenderung mengalami priapismus akibat penyakit sickle cell, sedangkan populasi yang lebih tua cenderung mengalami priapismus akibat obat. Priapismus juga dapat terjadi pada wanita (pada organ klitoris), tetapi sangat jarang.[1,5-7]
Indonesia
Data epidemiologi priapismus di Indonesia hingga kini belum tersedia. Studi lebih lanjut untuk menentukan epidemiologi priapismus di Indonesia masih diperlukan.
Mortalitas
Data mortalitas priapismus hingga saat ini belum sufisien. Beberapa pasien yang mengalami priapismus akibat penyakit sickle cell dilaporkan mengalami kematian, tetapi kematian tersebut lebih berkaitan dengan penyakit sickle cell yang diderita dan tidak berkaitan dengan priapismus.[6]