Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Diastasis Recti general_alomedika 2023-11-29T11:16:30+07:00 2023-11-29T11:16:30+07:00
Diastasis Recti
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Diastasis Recti

Oleh :
dr.Putra Rizki Sp.KO
Share To Social Media:

Diagnosis diastasis recti (DR) ditegakkan berdasarkan temuan tonjolan difus fusiform pada saat kontraksi otot rektus abdominis. Pemeriksaan imaging dapat dilakukan untuk menentukan jarak interektus atau intra-rectus distance (IRD) dengan akurat.[7]

Klasifikasi

Klasifikasi dibuat  karena adanya variabilitas hasil pengukuran IRD, sehingga perlu dipastikan hasil pengukuran yang didapatkan berdasarkan lokasi marker pengukuran IRD itu sendiri.[14]

Klasifikasi Beer didasarkan pada lebar normal linea alba yang ditentukan dari 150 wanita nulipara menggunakan USG. Berdasarkan klasifikasi Beer, lebar linea alba normal maksimum pada beberapa level adalah:

  • Prosesus xiphoideus: 15 mm
  • 3 cm di atas umbilikus: 22 cm
  • 2 cm di bawah umbilikus: 16 mm[14]

Klasifikasi Rath menentukan definisi RD berdasarkan tingkat atenuasi relatif terhadap umbilikus dan usia pasien yang dapat dilihat dari Tabel 1 dibawah.[14]

Tabel 1. Definisi Diastasis Recti Berdasarkan Klasifikasi Rath

Level pengukuran IRD Jarak interektus (IRD)
Usia <45 tahun Usia >45 tahun
Pertengahan dari umbilikus ke prosesus xiphoideus >10 mm >15 mm
Pada titik umbilikus >27 mm >27 mm
Pertengahan dari umbilikus ke simfisis >9 mm >14 mm

Sumber: dr. Putra Rizki, Sp.KO. Alomedika. 2022.[14]

Anamnesis

Jika ditanya keluhan yang dirasakan pada pasien yang mengalami diastasis recti, hampir semua pasien tidak memiliki keluhan, baik nyeri dan sejenisnya. Keluhan yang bisa dirasakan biasanya berhubungan dengan penggunaan kekuatan otot abdomen, seperti tidak mampu atau merasa lemah saat mengangkat barang berat.[19]

Pasien juga biasanya menyadari perubahan bentuk tubuhnya, yaitu munculnya tonjolan padat garis tengah perut saat batuk atau mengejan. Pasien yang datang dengan keluhan tersebut adalah pasien wanita pasca melahirkan Saat anamnesis perlu ditanyakan kepada pasien beberapa faktor risiko yang berhubungan  atau mencetuskan terjadinya diastasis recti antara lain:

  • Apakah keluhan sudah terjadi sejak lahir atau baru didapatkan
  • Riwayat kehamilan, terutama kehamilan kembar
  • Riwayat melakukan latihan beban abdomen yang berlebihan
  • Riwayat operasi abdomen seperti laparatomi
  • Penyakit yang meningkatkan risiko diastasis recti seperti aneurisma aorta abdominalis (AAA) dan obesitas[20]

Pemeriksaan Fisik

Pada inspeksi, diastasis recti bisa terlihat berupa tonjolan di garis tengah perut saat pasien mengejan/mengkontraksikan abdomen dengan kuat, atau  pada saat pasien berbaring dan disuruh mengangkat tungkainya.[19]

Tonjolan linea alba dapat diidentifikasi ketika pasien dalam posisi setengah bangun dibandingkan hanya mengangkat kepala saat berbaring. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan pasien dalam ketinggian level mengangkat kepala.[21]

Perlu diperhatikan juga jika pasien memiliki bekas luka operasi laparatomi mungkin bisa menjadi faktor risiko yang menguatkan diagnosis. Tidak ada temuan khusus saat auskultasi dan perkusi abdomen pada pasien diastasis recti.[19]

Saat palpasi, teraba tonjolan garis tengah di atas atau di bawah umbilikus pada posisi pasien berbaring terlentang dan melakukan angkat kaki (straight leg raise). Tonjolan yang dipalpasi dapat diukur menggunakan kaliper. Beberapa penelitian mengemukakan posisi terbaik mengukur diastasis recti adalah saat otot abdomen diaktifkan atau berkontraksi, karena jika dilakukan pengukuran diastasis recti saat otot relaksasi hasilnya akan jauh berbeda.[7]

Diagnosis Banding

Diastasis recti harus dibedakan dari hernia ventral primer dan separasi linea alba yang normal.

Separasi Linea Alba Normal

Diastasis recti merupakan kondisi dimana terjadi perbedaan IRD yang melebihi batas normal. Namun, terdapat kontroversi mengenai berapa IRD yang normal, dimana level pengukuran harus dilakukan, apa metode yang digunakan, dan kapan jarak tersebut dianggap abnormal.[20]

Suatu studi potong lintang retrospektif menilai (IRD) dan prevalensi DR pada computed tomography (CT) pada populasi asimtomatik. Prevalensi DR ditemukan sebanyak 57% melebihi dari estimasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IRD lebih dari 3 cm mencapai 34 cm dapat dianggap normal dan definisi DR perlu dikoreksi, untuk mengurangi terapi yang berlebihan.[22]

Hernia Ventral Primer

Hernia ventral primer merupakan diagnosis banding utama diastasis recti. Diastasis recti dan hernia ventral primer sama-sama terletak di garis tengah abdomen. Yang membedakan diastasis recti dengan hernia ventral adalah pada saat pasien berbaring rileks, tidak ada penampakan defek seperti pada hernia. Selain itu, pada pemeriksaan juga tidak ditemukan adanya kantung hernia.[19]

Pemeriksaan Penunjang

Ultrasound (USG) abdomen dianggap sebagai metode yang paling akurat untuk mengukur di IRD, dan hasilnya konsisten dengan data yang diperoleh dari palpasi, kaliper, dan pengukuran intraoperatif. Kriteria diagnostik menggunakan ultrasound untuk diastasis recti adalah jarak IRD >2 mm pada 3 cm di bawah umbilikus, >20 mm pada umbilikus, dan >14 mm pada 3 cm di atas umbilikus.[6,13]

Selain USG abdomen, computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) abdomen juga dapat dilakukan tetapi jarang. USG abdomen sendiri dilakukan untuk mengukur jarak interektus sebelum operasi.[6,13]

Pemeriksaan penunjang lain seperti foto polos abdomen dan pemeriksaan laboratorium lainnya tidak bermanfaat dalam diagnosis diastasis recti.[6,13]

Referensi

6. Corvino A, Rosa D De, Sbordone C, Nunziata A, Corvino F, Varelli C, et al. Diastasis of rectus abdominis muscles: patterns of anatomical variation as demonstrated by ultrasound. Polish J Radiol. 2019;84:e542–8.
7. Roehling TL. Are Finger Width Palpation, Tape Measure, and Caliper Reliable, Valid, and Accurate to Diagnose Diastasis Recti Abdominis (DRA)? ProQuest Diss Theses. 2020;(180):108. https://www.proquest.com/dissertations-theses/are-finger-width-palpation-tape-measure-caliper/docview/2416257348/se-2
13. Qu E, Wu J, Zhang M, Wu L, Zhang T, Xu J, et al. The ultrasound diagnostic criteria for diastasis recti and its correlation with pelvic floor dysfunction in early postpartum women. Quant Imaging Med Surg. 2021;11(2):706–13.
14. Nahabedian MY. Management Strategies for Diastasis Recti. Semin Plast Surg. 2018;32(3):147–54.
19. Werner LA, Dayan M. Diastasis recti abdominis-diagnosis, risk Factors, effect on musculoskeletal function, framework for treatment and implications for the pelvic floor. Curr Women s Heal Rev. 2018;15(2):86–101.
20. Maurice Nahabedian, Brooks DC. Rectus abdominis diastasis. UptoDate. 2022.
21. Beamish N, Green N, Nieuwold E, McLean L. Differences in Linea Alba Stiffness and Linea Alba Distortion Between Women With and Without Diastasis Recti Abdominis: The Impact of Measurement Site and Task. J Orthop Sports Phys Ther. 2019;49(9):656. Epub 2019 Mar 26.

Epidemiologi Diastasis Recti
Penatalaksanaan Diastasis Recti
Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.