Diagnosis Diastasis Recti
Diagnosis diastasis recti (DR) ditegakkan berdasarkan temuan tonjolan difus fusiform pada saat kontraksi otot rektus abdominis. Pemeriksaan imaging dapat dilakukan untuk menentukan jarak interektus atau intra-rectus distance (IRD) dengan akurat.[7]
Klasifikasi
Klasifikasi dibuat karena adanya variabilitas hasil pengukuran IRD, sehingga perlu dipastikan hasil pengukuran yang didapatkan berdasarkan lokasi marker pengukuran IRD itu sendiri.[14]
Klasifikasi Beer didasarkan pada lebar normal linea alba yang ditentukan dari 150 wanita nulipara menggunakan USG. Berdasarkan klasifikasi Beer, lebar linea alba normal maksimum pada beberapa level adalah:
- Prosesus xiphoideus: 15 mm
- 3 cm di atas umbilikus: 22 cm
- 2 cm di bawah umbilikus: 16 mm[14]
Klasifikasi Rath menentukan definisi RD berdasarkan tingkat atenuasi relatif terhadap umbilikus dan usia pasien yang dapat dilihat dari Tabel 1 dibawah.[14]
Tabel 1. Definisi Diastasis Recti Berdasarkan Klasifikasi Rath
Level pengukuran IRD | Jarak interektus (IRD) | |
Usia <45 tahun | Usia >45 tahun | |
Pertengahan dari umbilikus ke prosesus xiphoideus | >10 mm | >15 mm |
Pada titik umbilikus | >27 mm | >27 mm |
Pertengahan dari umbilikus ke simfisis | >9 mm | >14 mm |
Sumber: dr. Putra Rizki, Sp.KO. Alomedika. 2022.[14]
Anamnesis
Jika ditanya keluhan yang dirasakan pada pasien yang mengalami diastasis recti, hampir semua pasien tidak memiliki keluhan, baik nyeri dan sejenisnya. Keluhan yang bisa dirasakan biasanya berhubungan dengan penggunaan kekuatan otot abdomen, seperti tidak mampu atau merasa lemah saat mengangkat barang berat.[19]
Pasien juga biasanya menyadari perubahan bentuk tubuhnya, yaitu munculnya tonjolan padat garis tengah perut saat batuk atau mengejan. Pasien yang datang dengan keluhan tersebut adalah pasien wanita pasca melahirkan Saat anamnesis perlu ditanyakan kepada pasien beberapa faktor risiko yang berhubungan atau mencetuskan terjadinya diastasis recti antara lain:
- Apakah keluhan sudah terjadi sejak lahir atau baru didapatkan
- Riwayat kehamilan, terutama kehamilan kembar
- Riwayat melakukan latihan beban abdomen yang berlebihan
- Riwayat operasi abdomen seperti laparatomi
- Penyakit yang meningkatkan risiko diastasis recti seperti aneurisma aorta abdominalis (AAA) dan obesitas[20]
Pemeriksaan Fisik
Pada inspeksi, diastasis recti bisa terlihat berupa tonjolan di garis tengah perut saat pasien mengejan/mengkontraksikan abdomen dengan kuat, atau pada saat pasien berbaring dan disuruh mengangkat tungkainya.[19]
Tonjolan linea alba dapat diidentifikasi ketika pasien dalam posisi setengah bangun dibandingkan hanya mengangkat kepala saat berbaring. Hal ini disebabkan oleh perbedaan kemampuan pasien dalam ketinggian level mengangkat kepala.[21]
Perlu diperhatikan juga jika pasien memiliki bekas luka operasi laparatomi mungkin bisa menjadi faktor risiko yang menguatkan diagnosis. Tidak ada temuan khusus saat auskultasi dan perkusi abdomen pada pasien diastasis recti.[19]
Saat palpasi, teraba tonjolan garis tengah di atas atau di bawah umbilikus pada posisi pasien berbaring terlentang dan melakukan angkat kaki (straight leg raise). Tonjolan yang dipalpasi dapat diukur menggunakan kaliper. Beberapa penelitian mengemukakan posisi terbaik mengukur diastasis recti adalah saat otot abdomen diaktifkan atau berkontraksi, karena jika dilakukan pengukuran diastasis recti saat otot relaksasi hasilnya akan jauh berbeda.[7]
Diagnosis Banding
Diastasis recti harus dibedakan dari hernia ventral primer dan separasi linea alba yang normal.
Separasi Linea Alba Normal
Diastasis recti merupakan kondisi dimana terjadi perbedaan IRD yang melebihi batas normal. Namun, terdapat kontroversi mengenai berapa IRD yang normal, dimana level pengukuran harus dilakukan, apa metode yang digunakan, dan kapan jarak tersebut dianggap abnormal.[20]
Suatu studi potong lintang retrospektif menilai (IRD) dan prevalensi DR pada computed tomography (CT) pada populasi asimtomatik. Prevalensi DR ditemukan sebanyak 57% melebihi dari estimasi. Penelitian ini menyimpulkan bahwa IRD lebih dari 3 cm mencapai 34 cm dapat dianggap normal dan definisi DR perlu dikoreksi, untuk mengurangi terapi yang berlebihan.[22]
Hernia Ventral Primer
Hernia ventral primer merupakan diagnosis banding utama diastasis recti. Diastasis recti dan hernia ventral primer sama-sama terletak di garis tengah abdomen. Yang membedakan diastasis recti dengan hernia ventral adalah pada saat pasien berbaring rileks, tidak ada penampakan defek seperti pada hernia. Selain itu, pada pemeriksaan juga tidak ditemukan adanya kantung hernia.[19]
Pemeriksaan Penunjang
Ultrasound (USG) abdomen dianggap sebagai metode yang paling akurat untuk mengukur di IRD, dan hasilnya konsisten dengan data yang diperoleh dari palpasi, kaliper, dan pengukuran intraoperatif. Kriteria diagnostik menggunakan ultrasound untuk diastasis recti adalah jarak IRD >2 mm pada 3 cm di bawah umbilikus, >20 mm pada umbilikus, dan >14 mm pada 3 cm di atas umbilikus.[6,13]
Selain USG abdomen, computed tomography (CT) dan magnetic resonance imaging (MRI) abdomen juga dapat dilakukan tetapi jarang. USG abdomen sendiri dilakukan untuk mengukur jarak interektus sebelum operasi.[6,13]
Pemeriksaan penunjang lain seperti foto polos abdomen dan pemeriksaan laboratorium lainnya tidak bermanfaat dalam diagnosis diastasis recti.[6,13]