Diagnosis Fibroma
Diagnosis fibroma dapat ditegakkan dari temuan klinis, dimana pada akrokordon terdapat lesi tumor bertangkai yang warnanya sama dengan kulit sementara pada dermatofibroma, tampak nodul solid soliter dengan ciri khas dimple sign pada pemeriksaan fisik.[3,8]
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan histopatologi yang berguna untuk menegakkan diagnosis pasti dari fibroma.[17]
Anamnesis
Anamnesis fibroma pada prinsipnya sama dengan anamnesis pada penyakit tumor jinak kulit lainnya, yaitu anamnesis mengenai karakteristik lesi tumor dan faktor penyebab.
Karakteristik Lesi dari Tumor
Karakteristik tumor yang perlu ditanyakan adalah sebagai berikut:
- Morfologi serta lokasi lesi
- Bentuk dan ukuran lesi
- Ukuran lesi bertambah besar
- Gejala seperti gatal, nyeri, merah, perih, rasa terbakar
- Sejak kapan lesi muncul
- Riwayat keluhan serupa di masa lalu
Pada akrokordon, tumor kulit bertangkai ini biasanya bersifat asimtomatik, kecuali mengalami iritasi. Warna akrokordon sama dengan warna kulit dan memiliki tempat predileksi pada area lipatan tubuh, seperti ketiak, leher, atau daerah inguinal.[3]
Sementara dermatofibroma umumnya berupa tumor solid yang soliter dan umumnya terletak pada ekstremitas bawah. Tumor dapat bersifat asimtomatik maupun nyeri. Warna tumor pada dermatofibroma bervariasi.[8]
Faktor kemungkinan etiologi fibroma perlu ditanyakan dan dapat membantu membedakan akrokordon dengan dermatofibroma. Pada akrokordon, ditelusuri adanya proses penuaan, obesitas, ketidakseimbangan hormon.[17]
Selain itu riwayat diabetes melitus dan sindroma Birt-Hogg-Dubé (BHD) perlu ditanyakan. Sementara itu, perlu ditanyakan apakah ada riwayat trauma minor, gigitan serangga, tato, tes tuberkulin kulit (Mantoux), infeksi virus, kista yang ruptur, atau folikulitis yang mengacu pada dermatofibroma.[17]
Pemeriksaan Fisik
Lakukan penilaian karakteristik morfologi dari tumor tersebut, apakah tumor memiliki lesi makula, papula atau subepidermal. Selain itu, nilai warna pada tumor apakah berwarna coklat, merah muda keunguan atau justru berwarna seperti kulit yang sering terlihat pada akrokordon. Ukuran tumor dan lokasi munculnya tumor juga perlu diperhatikan. Pemeriksaan fisik juga dapat dibantu dengan menggunakan dermoskopi.
Perbedaan hasil pemeriksaan fisik pada akrokordon dan dermatofibroma dapat dilihat pada Tabel 1.[17,18]
Tabel 1. Perbedaan Akrokordon dan Dermatofibroma.
Karakteristik | Akrokordon | Dermatofibroma |
Jenis Lesi | Papula (bertangkai atau sessile) | Makula, papula, nodul, plak |
Warna | Menyerupai warna kulit, coklat | Coklat, ungu, kuning, merah muda, merah |
Ukuran | 2–5 mm atau lebih besar | 3 mm - 10 mm |
Lokasi | Ketiak, leher, sekitar lipat paha atau area inguinal | Seluruh tubuh, namun terutama tungkai bawah |
Ciri Khas | - | Fitzpatrick sign (Dimple sign) |
Sumber: dr. Novita, Alomedika. 2022.[17]
Diagnosis Banding
Diagnosis banding fibroma yang akrokordon adalah nevus pigmentosus, neurofibroma, dan keratosis seboroik.[20,22] Sementara diagnosis banding dermatofibroma adalah sarkoma Kaposi dan karsinoma sel basal. Penyakit-penyakit ini dapat dibedakan secara pasti melalui pemeriksaan histopatologis.[23,24]
Nevus Pigmentosus
Nevus pigmentosus adalah tumor jinak atau hamartoma yang terdiri dari melanosit, dimana melanosit mengalami proliferasi sehingga membentuk sekumpulan sel-sel yang disebut sebagai nests. Proses ini disebabkan oleh paparan sinar ultraviolet dan faktor genetik.[20]
Lesi dari benign melanocytic nevi memiliki variasi ukuran mulai dari kurang 1 cm hingga 3 cm, pada umumnya asimtomatik dan berwarna coklat atau coklat kehitaman tergantung dari warna kulit seseorang. Lokasi lesi tersebut muncul pada permukaan kulit di seluruh sistem integumen.[20]
Neurofibroma
Neurofibroma adalah tumor jinak jenis neurofibromatosis tipe 1 yang paling sering ditemukan. Neurofibroma memiliki lesi berupa nodul berwarna coklat, merah muda, atau warna seperti kulit, sirkumskripta, dengan konsistensi kenyal atau lembut.[21]
Keratosis Seboroik
Keratosis seboroik adalah jenis tumor jinak yang paling sering ditemukan pada pasien usia diatas 50 tahun, akibat proliferasi atau ekspansi dari keratinosit epidermal yang bermutasi.[22]
Lesi pada keratosis seboroik berupa makula dengan batas tegas, berwarna coklat muda, seiring dengan berjalannya waktu ukurannya dapat bertambah besar dan permukaannya dapat berubah seperti veruka atau seperti kutil.[22]
Sarkoma Kaposi
Sarkoma kaposi adalah tumor angioproliferatif yang dapat muncul pada kulit hingga pada organ viseral. Tumor ini sering ditemukan pada penderita HIV-AIDS.[23]
Karsinoma Sel Basal
Karsinoma sel basal merupakan kanker kulit nonmelanoma yang disebabkan oleh paparan sinar matahari dan sering ditemukan pada kaum ras kaukasia. Karsinoma sel basal memiliki subtipe sesuai dengan jenis lesi yakni berupa nodular, kistik, sklerosis, keratotik, pigmentasi, dan mikronodular. Jenis nodular adalah jenis yang paling sering ditemukan.[24]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada fibroma baik pada tipe soft maupun hard adalah pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi sebenarnya hanya dilakukan apabila dokter kurang yakin dalam mendiagnosis fibroma melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik.[11,19]
Pemeriksaan Histopatologi untuk Akrokordon
Hasil dari pemeriksaan histopatologi pada akrokordon yakni berupa lapisan papiler dermis yang terdiri dari proliferasi serabut-serabut kolagen dengan beberapa fibroblas, dilatasi pembuluh darah kapiler, pembuluh limfatik, tanpa struktur tambahan seperti folikel rambut dan kelenjar keringat dapat disertai atau tanpa sel lemak.
Pemeriksaan Histopatologi untuk Dermatofibroma
Hasil pemeriksaan histopatologi pada dermatofibroma yakni berupa proliferasi lokal dari sel-sel fibrosa yang berbentuk spindle, sel histiosit dan serabut-serabut kolagen di dalam dermis. Berdasarkan hasil histopatologi dermatofibroma terbagi menjadi dua yakni, dermatofibroma selular dan dermatofibroma fibrosa.[3,8,14]
Apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi dari sel histiosit maka disebut sebagai dermatofibroma selular, sedangkan apabila pada pemeriksaan ditemukan dominan proliferasi sel fibrosa dan serabut kolagen maka disebut sebagai dermatofibroma fibrosa.[3,8,14]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja