Penatalaksanaan Fibroma
Penatalaksanaan fibroma yang definitif adalah pembedahan, yang hanya diindikasikan bila ada perubahan ukuran atau warna kulit, iritasi, dan perdarahan pada lesi. Umumnya, pembedahan dilakukan untuk alasan kosmetik.[3,17,19]
Tindakan pembedahan yang dapat dilakukan yakni berupa eksisi tumor, cryosurgery, dan ablasi laser. Tindakan pembedahan yang dilakukan sekaligus mengambil jaringan untuk dilakukan biopsi.[3,17,19]
Prinsip Penatalaksanaan
Fibroma merupakan tumor jinak sehingga umumnya tidak membutuhkan penatalaksanaan. Walau demikian, terdapat beberapa pertimbangan untuk melakukan pembedahan pada fibroma:
- Muncul gejala: perubahan ukuran atau warna, lesi mengalami iritasi, atau berdarah
- Pertimbangan estetika dan preferensi pasien
- Diagnosis yang tidak meyakinkan atau ada dugaan tumor bersifat agresif atau ganas[3,8]
Pembedahan
Tindakan pembedahan yang dilakukan berupa eksisi tumor, cryosurgery, atau ablasi laser.
Bedah Eksisi
Bedah eksisi merupakan tindakan yang dilakukan untuk membuang jaringan tumor dengan cara memotong, dapat menggunakan gunting operasi, cauter, hingga scalpel. Bedah eksisi dilakukan pada lesi dengan ukuran cukup besar yang tidak dapat ditangani dengan prosedur lainnya, biasanya tidak membutuhkan anestesi lokal, namun beberapa menyarankan untuk menggunakan anestesi spray.[19,25-27]
Cryosurgery
Cryosurgery merupakan tindakan untuk membuang jaringan tumor dengan cara menghancurkannya melalui proses nekrosis dengan membekukan tumor menggunakan zat-zat seperti cairan nitrogen.[19,25-27]
Cairan nitrogen dapat disemprotkan, dioles dengan cotton swab. Prosedur juga dapat dilakukan dengan merendam ujung pinset ke dalam cairan nitrogen selama 10-20 detik. Setelah itu, lesi dijepit dengan pinset terus-menerus sebanyak 3 kali hingga lesi terlepas dari kulit yang sehat.[19,25-27]
Ablasi Laser
Ablasi Laser merupakan tindakan untuk membuang jaringan dengan menggunakan cahaya laser. Sebuah studi menyatakan bahwa sebanyak 73% pasien merasa puas dengan tata laksana menggunakan ablasi laser karena hasil yang sangat baik.[19,25-27]
Follow Up
Fibroma yang tidak ditangani perlu dilakukan pemantauan terhadap perubahan ukuran, warna, atau munculnya gejala seperti lesi yang mengalami iritasi atau berdarah.
Fibroma yang sudah dilakukan pembedahan juga harus dilakukan pemantauan terhadap kemungkinan rekurensi. Jika terjadi rekurensi, dokter harus memikirkan kemungkinan subtipe fibroma yang agresif atau adanya diagnosis lain.
Jika muncul lesi eruptif, perlu ditanyakan riwayat keluarga dengan keluhan serupa dan kemungkinan adanya penyakit atau obat yang mendasari, misalnya lupus atau penggunaan obat seperti efalizumab.[3,8]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja