Epidemiologi Fibroma
Data epidemiologi menunjukkan bahwa fibroma merupakan tumor kulit jinak yang sering ditemukan pada semua umur, dengan akrokordon paling sering pada usia lansia dan dermatofibroma paling sering pada usia 20-40 tahun.[3,9]
Global
Fibroma kulit, baik tipe soft maupun hard, adalah jenis tumor jinak pada kulit yang sering ditemukan di seluruh dunia. Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Demirci et al pada 4.126 kasus tumor kulit di Turki, soft fibroma atau akrokordon menduduki peringkat ke-4 dengan jumlah kasus terbanyak.[12-15]
Sedangkan sebuah studi lain mengatakan bahwa 3% dari seluruh spesimen pada pemeriksaan histopatologi di salah satu laboratorium dermatopatologi di Amerika Serikat adalah dermatofibroma. Pada penelitian lain, ditemukan bahwa infeksi human papillomavirus (HPV) merupakan salah satu faktor etiologi paling sering yang menyebabkan fibroma.[3,12-15]
Jumlah pasien dengan akrokordon akan semakin meningkat seiring pertambahan usia. Sedangkan dermatofibroma lebih sering ditemukan pada pasien dengan rentang usia 20–40 tahun.[12-15]
Indonesia
Belum ada data nasional mengenai penyakit fibroma di Indonesia. Namun secara keseluruhan, tumor kulit cukup sering ditemukan di Indonesia. Berdasarkan data Riskesdas, didapatkan hasil tumor kulit menduduki peringkat ke-9 dari 12 jenis tumor yang paling sering ditemukan di Indonesia.[16]
Mortalitas
Fibroma tidak berhubungan dengan mortalitas. Fibroma merupakan tumor jinak dan jarang berevolusi menjadi ganas, kecuali dermatofibroma letak profundus, atipikal, selular, atau indeterminant. Pada kasus-kasus dermatofibroma tersebut, tumor dapat dicurigai memiliki potensi evolusi menjadi ganas dan dapat mengalami metastasis.[3]
Direvisi oleh: dr. Gabriela Widjaja