Prognosis Limfadenitis
Prognosis limfadenitis umumnya baik pada nodul jinak yang hanya memerlukan observasi maupun pada limfadenitis infeksi dengan penatalaksanaan definitif yang tepat. Komplikasi limfadenitis jarang terjadi dan bergantung pada lokasi nodus limfe yang terkena.[32–37]
Komplikasi
Pada kasus yang jarang, limfadenitis dapat menekan struktur organ yang dekat dengan nodus limfe yang membesar, misalnya menekan esofagus dan menyebabkan disfagia. Limfadenitis juga bisa menimbulkan sindrom vena cava superior, selulitis, sepsis, dan trombosis vena.
Tindakan eksisi juga dapat menimbulkan komplikasi pada pasien limfadenitis. Komplikasi dapat berupa cedera saraf, infeksi luka operasi, maupun pembentukan skar.[32–37]
Prognosis
Prognosis limfadenitis ditentukan oleh etiologi dan tata laksana yang dilakukan pada penderita. Limfadenitis yang disebabkan oleh mycobacterium non–tuberkulosis dan diterapi dengan eksisi saja memberikan angka kesembuhan sebesar 45%. Sementara itu, kasus yang dikombinasi dengan kemoterapi memberikan angka kesembuhan sebesar 61%.
Pada anak, limfadenitis sering disebabkan virus. Limfadenitis yang disebabkan virus, seperti adenovirus dan rhinovirus, dapat sembuh sendiri tanpa memerlukan terapi khusus.[31,38,39]
Pemberian antibiotik pada kasus limfadenitis bakteri mampu memberikan respon cukup efektif. Sebanyak 86,9% penderita dapat berobat jalan dan hanya 7,9% yang membutuhkan tindakan operatif.[31,38,39]
Selain etiologi dan tata laksana, faktor yang dapat mempengaruhi prognosis limfadenitis, antara lain:
- Koinfeksi dengan penyakit lain, seperti HIV
- Berusia kurang dari 5 tahun
- Riwayat penggunaan antibiotik sebelumnya[31,38,39]
Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli