Pendahuluan Callus
Callus, atau dikenal sebagai kapalan, merupakan lesi kulit hiperkeratosis yang muncul akibat tekanan fisik kronis pada kulit dengan area yang cukup luas (>1 cm2). Kondisi ini juga dikenal dengan sebutan kalus, tyloma (tunggal) atau tylomata (majemuk). Callus umumnya difus, memiliki batas yang kurang jelas dan tidak nyeri, serta paling banyak ditemukan pada telapak tangan dan kaki.
Callus bersifat asimtomatik, tetapi dapat mengakibatkan nyeri jika kulit yang menebal mengalami robekan mikro akibat berkurangnya fleksibilitas kulit.[1–3]
Etiologi callus umumnya terjadi akibat cedera mekanik berulang pada permukaan kulit. Faktor risiko callus terdiri dari faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik berupa abnormalitas bentuk kaki, sedangkan faktor ekstrinsik seperti aktivitas fisik tertentu dan penggunaan alas kaki yang kurang tepat.[4–6]
Diagnosis callus dapat ditegakkan dengan anamnesis mengenai keluhan pada lesi dan pemeriksaan fisik untuk membedakan dengan jenis hiperkeratosis lainnya seperti clavus atau mata ikan, psoriasis, veruka vulgaris, neurodermatitis, dan keratosis seboroik. Biopsi dapat dilakukan untuk memastikan gambaran histologis lesi kulit, tetapi hal ini jarang diperlukan.[7]
Tata laksana callus meliputi penggunaan alas kaki yang tepat, pemberian agen moisturiser pada area lesi, penggunaan agen keratolitik, dan pembedahan. Penggunaan pelembab dapat dilakukan pada lesi ringan, meliputi agen seperti emolien, cairan salin normal hangat, dan batu apung. Selain itu dapat menggunakan agen keratolitik seperti asam salisilat, urea topikal, serta asam laktat. Pembedahan dilakukan sebagai pilihan terakhir.[5,6]